Disway: Siapa Membunuh Putri (8) – Durian Lebat Sekebun Runtuh

Durian Lebat Sekebun Runtuh
ilustrasi diborgol--
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dari kamar teratas dan termewah, president suite hotel Nagata Plaza, kamar yang dihuni Pak IDR aku bisa berkeliling melihat kota ini dari atas.  Kerlap-kerlip lampu dan pendar kota di negeri seberang itu pun tampak cemerlang.   Saya datang bersama Bang Eel.  Hanya kami berdua.  Pak IDR sedang menelepon ke Surabaya. Masih saja dia bertanya soal berita. 

Setelah menelepon dia bicara dengan kami. Langsung ke pokok persoalan. “Kalian berdua punya calon nggak siapa yang bisa menggantikan kalian di Metro Kriminal? Saya mau kalian berdua siapkan koran kita yang baru Dinamika Kota,” katanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya dan Bang Eel terkejut. Meski Bang Eel tampaknya sudah menduga penunjukan itu. ”Eel GM, Abdur Pemred,” kata Pak IDR dengan nada bicara yang sama sekali tak mengandung keraguan, memaksa, menutup kemungkinan penolakan. Seperti perintah yang harus segera dilaksanakan. 

”Kalau tak ada, Bos?”

”Harus ada. Mosok tak ada?”

”Dari luar, dari grup kita, Bos?”

”Jangan. Tak boleh. Saya tak mau. Saya hargai teman-teman di sini, beri kesempatan terlebih dahulu pada mereka,” kata Pak IDR.

Bang Eel lantas menyebut nama-nama awak redaksi yang bisa. Bang Jon saya usulkan untuk ditarik saja lagi. Bang Eel menolak. Pak IDR juga tak setuju.  Ada beberapa nama wartawan lokal dari media lain yang masih muda yang masuk daftar pilihan kami. 

Pak IDR lantas bercerita tentang target dan rencana besar pengembangan grup. Kami dapat pencerahan soal visi misi bisnis grup dan menjadikan itu bahan untuk merancang persiapan Dinamika Kota.

Pembicaraan kami selesai. Sambil makan steak yang diantar ke kamar (ini pertama kali saya makan steak seumur hidup) Pak IDR bertanya soal berita.  ”Apa headline besok?”

”Tadi ada laporan perwira polisi kehilangan istri, anak, dan pembantunya. Nama istrinya Putri,” kata saya. 

”Polisi itu pangkatnya apa?”

”AKBP,” kata saya.

”Kasus apa itu?  Kenapa polisi sampai harus lapor ke polisi? Pembunuhan?” tanya Pak IDR.

”Mungkin istrinya jalan-jalan ke Singapura tak bilang-bilang, Pak,” kata Bang Eel.

”Aneh, ya. Aneh, nggak? Mungkin itu pembunuhan.”

”Belum ada bukti mengarah ke sana sih, Pak…”

”Saya kira arahnya ke sana. Ikuti saja…” kata Pak IDR. (Hasan Aspahani/bersambung)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *