Tafsir Al-Quran Surat Ad-Dukhan Ayat 25-35: Kemewahan Hidup Tanpa Dilandasi Iman Tidak Akan Membahagiakan

Tafsir Al-Quran Surat Ad-Dukhan Ayat 25-35
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kita berjumpa lagi di Masjid Al-Hijri 2 ini dalam rangka meneruskan kajian kita, Tafsir Al-Quran pada Ahad pagi ini, tanggal 21 Shafar 1444 H bertepatan dengan tanggal 18 September 2022, untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita akan mulai membahas Surat Ad-Dukhan ayat 25-35. Kita mulai dengan membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah, lalu dilanjutkan dengan Surat Ad-Dukhan ayat 25-35, yang artinya, “Betapa banyak taman-taman dan mata air-mata air yang mereka tinggalkan, juga kebun-kebun serta tempat-tempat kediaman yang indah, dan kesenangan-kesenangan yang dapat mereka nikmati di sana, demikianlah, dan Kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan mereka pun tidak diberi penangguhan waktu. Dan sungguh, telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksaan yang menghinakan, dari (siksaan) Fir‘aun, sungguh, dia itu orang yang sombong, termasuk orang-orang yang melampaui batas. Dan sungguh, Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas semua bangsa (pada masa itu). Dan telah Kami berikan kepada mereka di antara tanda-tanda (kebesaran Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata. Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu pasti akan berkata, “Tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami tidak akan dibangkitkan,”

Pada ayat-ayat lalu kita telah bahas tentang akhir kehidupan Firaun, yang ditenggelamkan oleh Allah SWT. Taubat yang dilakukan oleh Firaun ketika sakratul maut tidak diterima, karena bukan atas keyakinan, tapi karena keterpaksaan. Taubat seharusnya menjadi lifestyles atau kebiasaan dari kita. Dijelaskan dalam sebuah hadist, bahwa “Taubat yang paling indah dilakukan atau dibiasakan oleh generasi muda”. Redaksi hadist Rasulullah SAW itu adalah sebagai berikut. Dari Umar bin Khattab RA, bahwa Rasulullah SAW bersabada,

  1. Adil itu sifat yang baik, tapi di kalangan umara’, adil itu jauh lebih baik;
  2. Kepemurahan itu sifat yang baik, tapi di kalangan orang kaya, kepemurahan itu jauh lebih baik.
  3. Wara’ itu sangat baik, tapi di kalangan orang yang punya ilmu, wara’ itu jauh lebih baik,
  4. Sabar itu sifat yang baik, tapi di kalangan orang miskin, sabar itu jauh lebih baik.
  5. Taubat itu sifat baik, tapi di kalangan pemuda, taubat itu lebih baik,
  6. Rasa malu itu baik, tapi di kalangan wanita, rasa malu itu jauh lebih baik” (HR Imam Dailani).

Taubat itu adalah salah satu bukti syukur kita kepada Allah SWT, bahkan merupakan salah satu dari sembilan pintu rizki. Generasi muda yang sering bertaubat ini disebut generasi emas yang memiliki masa depan lebih cerah. Perhatikan Surat Annisa ayat 17-18. “Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dan tobat itu tidaklah (diterima Allah) dari mereka yang melakukan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan, “Saya benar-benar bertobat sekarang.” Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih”.

Firaun memiliki kekayaan sangat luar biasa. Taman, kebun, bangunan indah, dll. Tapi, kekayaan itu tidak membawa kebahagiaan. Apa yang hilang di sana? Firaun dan bala tentaranya tidak beriman. Hanya orang-orang beriman yang memiliki kebahagiaan. Ketika iman keluar dari tubuh, maka orang itu tidak akan pernah bahagia. Perhatikan Surat Al-Mu’minun ayat 1-9. “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya.

Iman menjadi dasar pokok yang menentukan kualitas kehidupan kita. Perhatikan Surat Al-Fatah ayat 4-5. “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana;5. Agar Dia masukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu menurut Allah suatu keuntungan yang besar”. Allah SWT yang akan menurunkan ketenangan (sakinah), bukan siapa-siapa. Orang-orang yang beriman dijamin kehidupannya di akhirat kelak, yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalam surga. Kematian Firuan dan tentaranya bahkan tidak ditangisi oleh makhluk. Ini tanda-tanda su’ul khatimah. Naudzu billah min dzalik. Ini kategori mati mendadak yang merupakan adzab bagi kaum kafir.

Sedangkan kematian mendadak yang menimpa orang-orang beriman, merupakan rahmah. Misalnya meninggal karena gempa bumi dahsyat. Orang kafir hanya percaya bahwa kematian ini hanya sekali saja di dunia, tidak ada kebangkitan lagi kelak di akhirat. Firaun ini merupakan karakter penguasa dzalim mengadu domba kelompok-kelompok dalam masyarakatnya. Di dalam Al-Quran, kisah kehidupan Nabi Musa AS diceritakan sejak di dalam rahim ibunya. Kemudian disusui oleh beberapa wanita terbaik, bayi Musa tetap tidak mau. Hingga Ibunya sendiri datang ke istana dan bayi Musa menyusu dengan lahap. Kisah perjuangan Nabi Musa AS dalam berdakwah dan menghadapi penguasa dzalim seperti Firaun tetap menjadi pelajaran bagi kita di akhir zaman.

Mari kita berdoa untuk jamaah yang sakit dan dalam proses penyembuhan, agar segera diangkat penyakitnya dan disembuhkan oleh Allah SWT. Kita bacakan Surat Al-Fatihah bersama untuk beliau. Mari kita tutup pengajian kita dengan doa kiffarat majelis. “Subhaanaka allahumma wa bihamdika. Asy-hadu an(l) laa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilaika”. Demikian catatan ringkas ini. Silakan ditambahi dan disempurnakan oleh hadirin yang sempat mengikuti Ta’lim Bakda Subuh Professor Didin Hafidhuddin tersebut. Terima kasih, semoga bermanfaat. Mohon maaf jika mengganggu. Salam. Bustanul Arifin

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *