“Bagaimana anakku? Sudah kau cium?”
“Benar Bapak!”
“Ceritakan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku itu,”
“Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi, yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?”
“Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?”
“Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini.”
“Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (hakim). Jika kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hal yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi,” jelas sang bapak.
Akhirnya terungkap, karena itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila.
Yakni hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi atau hakim yang memutus suatu perkara. ***