Duh Resesi di Depan Mata, Indonesia Mau Lari ke Mana?

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Ekonomi global diperkirakan bakal digempur oleh resesi pada 2023. Risiko ini telah diungkapkan sejumlah lembaga dunia dari mulai Bank Dunia hingga Dana Moneter Internasional (IMF).

Bahkan, dalam rilis terbaru (27/9/2022), Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD memperkirakan ekonomi global pada 2023 tumbuh hanya 2,2%. Hal ini dipicu oleh invasi Rusia terhadap Ukraina yang tidak berkesudahan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Ekonomi global telah kehilangan momentum setelah perang Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan ilegal terhadap Ukraina. Pertumbuhan PDB telah terhenti di banyak ekonomi,” ungkap Sekretaris Jenderal OECD Mathias Corman.

Kondisi serupa pun telah dibaca oleh sejumlah pejabat di dalam negeri, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan.

Sri Mulyani mengatakan bahwa resesi ini dipicu oleh inflasi yang tinggi akibat melesatnya harga pangan dan energi di sejumlah negara, khususnya Eropa dan AS. Inflasi tinggi memicu bank sentral di negara maju menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas.

Dia menegaskan kebijakan tersebut akan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, negara berkembang pun ikut merasakan efeknya.

“Kalau bank sentral di seluruh dunia meningkatkan suku bunga cukup ekstrem dan bersama-sama, dunia mengalami resesi di 2023,” ujarnya, dalam Konferensi Pers APBN KITA Agustus, Rabu (28/9/2022).

“Kenaikan suku bunga bank sentral di negara maju cukup cepat dan ekstrem dan memukul pertumbuhan negara-negara tersebut,” lanjut Sri Mulyani.

Sri Mulyani melihat kondisi ini kemungkinan akan berlanjut di kuartal III dan sampai akhir tahun. “Sehingga prediksi pertumbuhan tahun ini dan tahun depan termasuk resesi mulai muncul,” ujarnya.

Bagaimana nasib Indonesia? Akankah ekonomi Tanah Air ikut terseret resesi?

Sri Mulyani menuturkan kinerja sektor eksternal Indonesia sangat positif, didukung neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus serta ekspor dan impor bulan Agustus 2022 yang merupakan tertinggi sepanjang masa.

Aktivitas manufaktur Indonesia masih terus menguat dengan tekanan inflasi bulan Agustus yang semakin berkurang. Peningkatan konsumsi listrik juga berlanjut, menunjukkan terus tumbuhnya aktivitas ekonomi masyarakat.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan tumbuh lebih baik di tahun 2022, sejalan dengan proyeksi yang dilakukan oleh lembaga internasional terkemuka seperti ADB sebesar 5,4%, IMF 5,3%, Bloomberg 5,2%, dan Bank Dunia 5,1%.

“Ini tentu karena kinerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua yang cukup tinggi, dan saat ini sampai kuartal ketiga juga menunjukkan aktivitas yang masih sangat cukup kuat,” kata Sri Mulyani.

Bahkan, dia memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 diperkirakan bisa mencapai 5,6-6%. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi dua kuartal sebelumnya.

“Ini tentu karena kinerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua yang cukup tinggi, dan saat ini sampai kuartal ketiga juga menunjukkan aktivitas yang masih sangat cukup kuat,” kata Sri Mulyani.

Bahkan, dia memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 diperkirakan bisa mencapai 5,6-6%. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi dua kuartal sebelumnya.

“Kuartal III kita 5,6 – 6%,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani. Pendorong ekonomi Indonesia mampu melesat salah satunya adalah ekspor. Nilai ekspor Indonesia pada periode itu berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar. Neraca perdagangan pada Agustus surplus US$ 5,76 miliar.

Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga masih tumbuh baik.

“Jadi kalau kita lihat source of growth, sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor, dari konsumsi dan dari investasi kita masih melihat adanya momentum kuartal ketiga itu masih cukup kuat, apalagi tahun lalu basisnya rendah, karena kena delta varian dan kita turun,” terangnya.

‘Perfect Storm’

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai global resesi yang akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Dia berpesan semua pihak harus kompak menghadapi masalah ini.

“Di tengah global resesi yang mungkin akan terjadi tahun depan, yang kita tahu akibat perang di Ukraina dan ketegangan di Tiongkok. Kita perlu semua kompak menghadapi keadaan ini. jangan sampai membuat hal-hal yang tidak perlu diantara kita karena bisa menyerang kita semua,” kata Luhut dalam Konferensi Pers F1H20, dikutip Rabu (28/9/2022).

Dalam bahasanya ‘perfect storm’ yang terjadi sudah terlihat. Dimana The Fed diprediksikan akan menaikkan suku bunga mencapai 4,75% sampai akhir tahun. yang akan berdampak pada seluruh dunia termasuk negara berkembang.

Meski begitu menurut Luhut posisi Indonesia lebih baik dari negara lain. Bahkan mendapat pujian dari Amerika Serikat.

“Kalau kita lebih hati – hati lebih kompak lebih bekerja sama.. akan berdampak mengurangi pressure dari ekonomi dunia,” katanya.

“Langkah-langkah tim baik sekali dalam mengatasi hal ini, tidak ada yang sempurna tapi kalau kita mau bekerja semua lini kita lihat pangan kita lihat, efisiensi kita lihat industri berjalan baik. Saya kira kita bisa melewati perfect storm ini,” tambahnya.

Sumber: CNBCIndonesia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *