Kisah Abu Nawas: Kocak! Selamat Dari Hukuman Mati, Gara-gara Mengawal Kotoran Raja

Kisah Abu Nawas: Kocak! Selamat Dari Hukuman Mati
Kisah Abu Nawas: Kocak! Selamat Dari Hukuman Mati
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id Jika berbicara kisah humor Abu Nawas seakan tidak ada habisnya.

Yups, Abu Nawas dikenal dengan kisah kocaknya dan selalu menjawab dengan cerdas pertanyaan sulit dari Raja Harun Al Rasyid.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sekedar diketahui, Abu Nawas lahir di kota Ahvaz di negeri Persia pada tahun 747 Masehi.

Dikutip dari wikipedia, sepeninggal ayahnya, Abu Nawas kemudian dibawa ibunya ke kota Basra, Irak. Dia di sana belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran.

Salah satu dari sekian kisah kocak Abu Nawas, adalah saat dia bebas dari hukuman mati gara-gara peristiwa mengawal kotoran atau Tinja sang raja.

Dikutip dari kanal Youtube Hidayah Ilahi Official, inilah kisah mengawal kotoran milik sang raja.

Pada suatu hari, Raja Harun mengadakan sebuah perjalanan untuk menjelajahi hutan-hutan.

Dalam perjalanan itu, Raja Harun mengajak Abu Nawas serta sejumlah pengawal untuk menemaninya.

Sang Raja mengingatkan kepada para pengawalnya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Peraturan menjaga kebersihan itu, adalah Undang-undang yang wajib dipatuhi oleh semua masyarakat yang tinggal di negeri itu.

Karena wajib, maka siapapun yang berani melanggar akan dikenakan sanksi hukuman.

Sang raja berkata kepada Abu Nawas dan para pengawal.

“Wahai kalian semua, aku ingatkan kalian tentang pentingnya undang-undang kebersihan lingkungan. Siapapun dilarang buang air besar di sungai, kecuali aku. Apabila anda berak di sungai, maka wajib seizinku dulu. Siapapun yang melanggar undang-undang ini, maka dikenakan sanksi hukuman mati,” kata sang raja, yang disambut anggukan Abu Nawas dan para pengawal.

Kemudian sang raja dan rombongan melanjutkan menjelajahi hutan. Ketika berada di tengah perjalanan hutan, tiba-tiba perut Raja mules dan ingin berak.

“Stop pengawal stop dulu, kita berhenti di sini dulu, aku mau berak sudah tidak tahan ini rasanya,” kata sang raja sambil memegang perutnya yang mules.

Perjalanan itu pun dihentikan, sementara sang raja pergi mencari sungai untuk menyelesaikan hajatnya.

Setelah menemukan sungai, sang raja lalu buang hajat di aliran sungai itu. Kondisi air yang digunakan sang raja waktu itu mengalir menuju ke arah utara.

Pada waktu yang bersamaan, Abu Nawas juga merasa sakit perut karena ingin berak. Dia bingung mau buang hajat di mana.

Karena benar-benar sudah tidak tahan, Abu Nawas memutuskan pergi menuju sungai untuk membuang hajatnya.

Dengan sembrononya, Abu Nawas lalu berak bersebelahan dengan sang raja, tepatnya di sebelah atas atau hulu aliran air sungai itu.

Kotoran milik Abu Nawas itu lalu terbawa arus air sungai dari arah selatan menuju ke arah utara, tepatnya menuju sang raja yang juga sedang buang hajat.

Tak diduga, kotoran Abu Nawas mengalir mendekati sang raja.

Melihat ada ‘pisang goreng’ mengambang dan menuju ke arahnya, membuat Raja Harun marah dan naik pitam.

“Hei, siapa yang berani-beraninya berak di sungai ini. Kotoran siapa ini? Kurang ajar nggak ada akhlak,” ucap sang raja penuh emosi.

Peristiwa ini jelas menentang undang-undang yang sudah dibuat oleh sang raja. Kemudian sang raja memerintahkan untuk mencari orang yang berani sembarangan buang air di sungai itu.

Setelah diselidiki, ternyata itu semua adalah kelakuan dari Abu Nawas. Singkat cerita, Abu Nawas pun ditangkap dan disanksi hukuman mati.

Namun sebelum Abu Nawas dihukum mati, kerajaan memberikan sebuah kesempatan terakhir kepada Abu Nawas untuk membela diri.

“Wahai Abu Nawas, atas kesalahanmu kau dijatuhi hukuman mati. Namun kerajaan memberimu sesuatu kesempatan untukmu, silahkan melakukan pembelaan. Silahkan sampaikan apa alasanmu melakukan perbuatan itu. Jika alasanmu logis, maka bisa menyelamatkanmu,”.

Abu Nawas pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia mulai memutar otak agar bisa menjawab secara masuk akal.

“Wahai Paduka raja yang mulia, sebenarnya aku ini sangat rela dihukum mati. Tapi perkenankanlah aku menyampaikan beberapa alasan sebab hamba berani berak bersama Paduka di sungai. Sebenarnya, itu adalah bukti atas kesetiaan hamba kepada Baginda Raja,” kata Abu Nawas.

Perkataan Abu Nawas ini membuat Baginda terheran-heran. Kemudian Abu Nawas melanjutkan jawabannya.

“Wahai Baginda, alasan hamba adalah karena kotoran Baginda harus hamba kawal. Kemana pun perginya, kotoran hamba selalu berada di belakang kotoran Baginda. Ini adalah bukti akhlak dan kesetiaanku kepada Baginda. Justru yang seharusnya dihukum mati adalah rakyat Baginda yang berani berak di utara Baginda, karena telah lancang mendahului kotoran Baginda,” ungkap Abu Nawas, mantap.

Mendengar jawaban Abu Nawas, sang raja lalu termanggut-manggut kagum atas alasan Abu Nawas yang masuk akal.

Karena jawaban itu pula, Abu Nawas dibebaskan dari hukuman mati bahkan dia diberi hadiah oleh sang raja.***

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *