Gawat! Bos BI Ungkap Bukti Terbaru Soal Kekacauan Global

Gedung Bank Indonesia. Foto: Dok Net
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan situasi yang dihadapi semua negara saat ini adalah kekacauan global.

“Lihat lah dunia, kita sekarang sedang menghadapi kekacauan global, stagflasi, inflasi yang sangat tinggi. Karena komoditas energi dan pangan tidak didistribusikan secara merata di seluruh dunia,” tegas Perry dalam rangkaian kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Tahun 2022, dikutip Kamis (6/10/2022).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Direktur dan Kepala Grup Departemen Kebijakan Internasional International BI Haris Munandar membeberkan lima risiko terkini di kancah internasional. Menurutnya, pergerakan di global ini beberapa sangat ekstrem dan signifikan.

Inflasi di negara-negara maju memang sudah sangat tinggi. Di Inggris, inflasi saat ini sudah mencapai 11% dan ada proyeksi akan mencapai 18% pada akhir 2022. Sementara itu, inflasi AS sudah mencapai kisaran 8%. The Fed sendiri akan berupaya untuk menurunkan inflasi hingga kisaran 5-6%.

“Dan FFR walaupun sudah 2,5%, masih diprediksi sampai 4% atau lebih tinggi.”

Kedua, krisis pangan global yang diakibatkan kebijakan proteksionisme. Dalam catatan BI, setidaknya ada 35 negara yang melakukan restriksi pangan.

“Kita lihat food protectionism yang awalnya akibat supply constraint, efek dari Rusia dan Ukraina ini mulai mereda. Ini patut kita syukuri, walaupun harganya masih tinggi,” ujarnya.

Harga gandum sudah berangsur turun sejak akhir Juni. Hal ini dipicu oleh adanya kesepakatan antara PBB, Ukraina dan Rusia untuk membuka 3 pelabuhan utama di Ukraina. “Ini menyebabkan harga gandum turun, meskipun turunnya terbatas.”

Ketiga, pengetatan kebijakan moneter di negara maju dan berkembang. Menurut Haris, pengetatan bank sentral negara maju cukup agresif.

Kondisi ini akan mempengaruhi negara berkembang, termasuk Indonesia. Adapun, bank sentral AS, Inggris, Kanada serta Australia telah menaikkan hingga 100 bps, bahkan lebih. Keempat, di sisi regional, tekanan inflasi tinggi mulai bermunculan di Asean.

Haris mengungkapkan tekanan harga ini muncul akibat kombinasi dari empat hal, yakni kenaikan harga energi, harga pangan, disrupsi pasokan dari pertumbuhan ekonomi dan depresiasi nilai tukar. Hal terakhir ini menimbulkan imported inflation yang akhirnya menaikkan inflasi inti.

Kelima, Haris melihat perekonomian global akan tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. IMF pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya 2,9% dengan rincian negara maju 2,5% dan negara berkembang 3,1%.

“Ini jangka menengah nantinya bisa di-price in ke kebijakan moneter dan ekonomi yang lain,” katanya. Potensi ini, kata Haris, harus disikapi oleh semua negara di dunia, termasuk di dalam G20.

Sumber

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *