Tak Hanya Kata, Upaya Anies Bangun Sistem Transportasi Menjadi Fakta

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Mimpi DKI Jakarta memiliki sistem transportasi yang terintegrasi mulai terwujud dalam lima tahun terakhir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mewujudkan itu lewat program JakLingko.

Integrasi antarmoda menjadi salah satu janji politik Anies pada kampanye Pilkada 2017 silam bersama pasangannya saat itu, Sandiaga Uno.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saat itu, Anies dan Sandi berjanji bakal membangun sistem transportasi umum yang terintegrasi dalam bentuk interkoneksi antarmoda, perbaikan model manajemen layanan transportasi umum, perluasan daya jangkau transportasi hingga menjangkau seluruh warga, pengintegrasian sistem transportasi umum dengan pusat-pusat permukiman, pusat aktivitas publik, dan moda transportasi publik dari luar Jakarta.

Anies mengklaim bahwa program ini akan menjadikan warga Jakarta jadi lebih sejahtera. Dengan tarif Rp5.000 per tiga jam melalui Kartu JakLingko, penumpang bisa naik angkutan umum seperti Transjakarta dan angkutan perkotaan (angkot) berkali-kali tanpa ada biaya tambahan.

“Di Jakarta ini hampir bisa dikatakan pengeluaran keluarga bisa sampai 30 persen untuk transportasi. Jadi, terima uang bulan itu 30 persennya bisa habis untuk transportasi,” kata Anies pada 2021 lalu.

Terwujudnya sistem integrasi itu pun dirasakan langsung oleh masyarakat yang sehari-hari menggunakan transportasi umum. Salah satu warga, Siska mengaku sangat terbantu dengan sistem integrasi transportasi ini.

Warga Lebak Bulus itu mengaku sehari-hari menggunakan transportasi umum untuk berangkat ke kantornya di kawasan Menteng. Siska kerap menggunakan MRT dan lanjut menggunakan Bus Transjakarta untuk mobilitasnya.

“Dulu kan masih sendiri-sendiri, belum terintegrasi dalam satu sistem. Jadi terbantu yang sekarang. Apalagi kalau misalnya nanti terintegrasi dengan KRL,” ungkap Siska.

Hal senada diungkapkan oleh Gathan. Ia mengaku baru dua bulan terakhir ini menggunakan transportasi umum, sementara sebelumnya ia lebih sering menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitasnya di Jakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria melakukan uji coba terbatas integritas tiketing JakLingko untuk moda transportasi di Stasiun MRT Bundaran HI. Jakarta, Selasa, 31 Agustus 2021. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Gathan mengaku saat ini transportasi umum di Jakarta sudah jauh lebih baik. Dua bulan ini, ia sering menggunakan Transjakarta dan MRT sebagai moda transportasi.

“Kalau MRT enak, lebih cepat, tapi secara harga lebih mahal. Tapi, kalau pulang lebih santai dan masih terjangkau,” ungkap Gathan.

Program JakLingko sebagai realisasi integrasi transportasi itu pertama kali diluncurkan 2018. Sejak peluncuran program JakLingko sampai dengan saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim terjadi peningkatan pengguna transportasi umum.

Merujuk data Pemprov DKI, sejak Anies menjabat pada 2017 hingga 2019 jumlah pengguna transportasi umum, khususnya Transjakarta, MRT, dan LRT meningkat dua kali lipat dalam dua tahun.

Pada 2017 tercatat 144,8 juta pengguna transportasi umum di Jakarta sepanjang tahun. Angka itu meningkat menjadi 288,4 juta pada 2019.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo juga mengklaim bahwa jumlah penumpang harian tertinggi meningkat setelah JakLingko diluncurkan. Pada 2017, atau sebelum JakLingko diluncurkan jumlah penumpang hanya 350 ribu per hari.

Sementara, pada 2020 atau dua tahun setelah JakLingko diluncurkan, jumlah penumpang meningkat menjadi 1.006.579 per hari.

“Tapi kemudian bisa kita lihat awal Januari 2020, ini kondisi ideal sebelum masuk Covid, jumlah penumpang Transjakarta itu bahkan sempat menyentuh 1.040.000,” kata Syafrin saat dihubungi akhir September.

“Artinya dengan kita melakukan integrasi 2018, 2019, terjadi peningkatan jumlah ridership (penumpang) yang signifikan,” imbuhnya.

Menurut Syafrin kenaikan jumlah penumpang ini menandakan bahwa masyarakat mulai menikmati integrasi transportasi secara utuh. Menurutnya dengan sistem integrasi transportasi ini mobilitas masyarakat menjadi lebih efisien.

Optimisme Anies dan Percontohan Bagi Daerah Lain

Melalui program JakLingko, Anies mewujudkan mimpi Jakarta memiliki sistem transportasi yang terintegrasi dan menunaikan salah satu janji politiknya.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meninjau Halte Transjakarta Bundaran HI, Jakarta, Senin, 25 Maret 2019. Salah satu halte Transjakarta yang sudah terintegrasi dengan MRT yaitu halte Bundaran HI yang mana sejak 2014 lalu halte ini sempat dibongkar karena adanya pembangunan MRT.

Kendati demikian, belum seluruh moda transportasi terintegrasi dengan JakLingko. Dari data Dishub DKI saat ini baru 4.397 kendaraan yang terintegrasi.

Rinciannya, sebanyak 1.934 unit merupakan bus besar, 268 unit bus sedang, serta 2.166 unit bus kecil. Padahal, pada 2030 DKI menargetkan ada 10.047 unit yang tergabung dengan JakLingko.

Menurut Syafrin pengintegrasian angkutan itu akan dilakukan secara bertahap setiap tahunnya.

“Untuk integerasinya tetap bertahap dilakukan dan itu semua menyesuaikan dengan kapasitas fiskal Jakarta tentunya, karena ini terkait dengan besaran PSO yang nantinya dialokasikan ke Transjakarta,” paparnya.

Pengintegrasian angkutan itu bukan tanpa kendala. Ia bilang pandemi Covid-19 sejak 2020 hingga awal 2022 sempat membuat integrasi angkutan ini tersendat.

Hal itu lantaran, kapasitas fiskal DKI Jakarta mengalami relaksasi, sehingga berimbas pada implementasi integrasi angkutan umum.

“Sebagai ilustrasi bahwa begitu pandemi, kapasitas fiskal di Jakarta juga mengalami relaksasi, sehingga untuk implementasi integrasi juga mengalami relaksasi. Kita menyesuaikan, tentu dengan kapasitas fiskal yang ada,” ujar dia.

Target 4 Juta Penumpang Per Hari
Kebijakan yang terbilang sukses itu menjadi kebanggaan Anies. Kenaikan angka pengguna angkutan umum menunjukkan perubahan perilaku warga di dalam mobilitas.

“Kalau kita menambah armada, nambah busnya, tapi kalau penumpangnya naik tiga kali lipat, itu artinya ada perubahan perilaku yang asalnya naik kendaraan pribadi jadi naik kendaraan umum. Itulah yang membahagiakan bahwa warga menggunakan kendaraan umum,” ungkap Anies dilansir dari laman CNNIndonesia.com, Senin (3/10).

Anies mengatakan target pengguna angkutan umum pada tahun 2030 mencapai empat juta penumpang per hari. Melihat respons warga saat ini, kata Anies, target tersebut diyakini akan lebih cepat tercapai.

“Rasanya angka empat juta bisa tercapai lebih cepat karena JakLingko adalah sebuah inovasi mengintegrasikan public transport menjadi satu kesatuan,” kata Anies.

“Rutenya tersambungkan, sistem pembayarannya sama, manajemennya dalam satu bendera, satu payung. Integrasi itulah menjadi kunci yang membuat orang merasakan kenyamanan naik kendaraan umum,” imbuhnya.

Perlu Peran Pusat Urai Kemacetan
Program JakLingko tak ujug-ujug bisa mengurai kemacetan di Jakarta. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan bahwa program JakLingko di Jakarta saja tidak akan bisa mengurai kemacetan di jalanan Jakarta.

Shafruhan menilai salah satu penyebab Jakarta masih terus macet adalah pergerakan orang-orang dari luar Jakarta, khususnya dari kota-kota satelit seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek). Mereka, kata dia, masih memilih menggunakan pribadi, alih-alih transportasi umum.

“Setiap kemacetan itu kan penyumbang terbesarnya itu dari Bodetabek. Coba kita perhatiin kalau semua orang lakukan kegiatan dan menggunakan kendaraan pribadi, motor atau mobil, itu kan banyak dari Bodetabek,” jelas Shafruhan.

Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Perhubungan juga bisa membenahi masalah integrasi transportasi ini.

Menurutnya saat ini baru moda transportasi kereta listrik atau KRL yang disubsidi pemerintah pusat melalui APBN. Sementara, angkutan umum lainnya tak disubsidi oleh pemerintah.

Seharusnya, menurut dia pemerintah pusat atau pemerintah daerah setempat juga bisa memberi subsidi kepada angkutan umum lain. Ia meyakini apabila hal ini diterapkan masyarakat perlahan beralih menggunakan transportasi umum.

“Itu kan kalau kereta-kereta udah cukup banyak, tapi enggak diimbangi dengan angkutan kecil atau besar, angkutan jalan raya, dan penyebabnya terbesar di situ,” jelas dia.

“Orang akhirnya pakai kendaraan pribadi khususnya motor. Kalau di pagi dan sore hari kan luar biasa itu yang balik ke Bodetabek,” paparnya.

Di sisi lain, Shafruhan juga meminta agar pemerintah pusat meniru kebijakan JakLingko milik Anies. Dengan begitu, ia berharap seluruh moda transportasi di kawasan Bodetabek bisa terintegrasi.

Shafruhan menilai JakLingko juga bisa menjadi model percontohan dan diterapkan di daerah-daerah lain.

“Program Jaklingko ini berhasil dan saya harap ke depan harus jadi program nasional, supaya masyarakat pengguna transportasi merasakan ada tanggung jawab pemerintah. Dan memang transportasi umum harusnya subsidi dari pemerintah,” pungkasnya.

Sumber

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *