Anies Dan Politik Identitas

Anies Dan Politik Identitas
Anies Baswedan, Foto: Facebook Anies Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Di Amerika Serikat, praktik politik identitas diawali oleh Marthin Luther King Jr, seorang pendeta Baptis di Atlanta Georgia. Ia menuntut hak-hak kesetaraan sipil di tahun 1954 dan menjadi martir bagi kaum kulit hitam Amerika saat ia berpidato di Memphis Tennessee, 4 April 1968. Selain itu ada juga gerakan politik Islam yang digagas oleh Louis Farakhan dengan gerakan The Nation of Islam-nya yang menuntut kesetaraan hak-hak Muslim negro Amerika. Tapi gerakan ini kemudian melunak setelah terjadi kesepahaman antara Farakhan dan Wareeth Dien Muhammad, mantan pesaingnya untuk bersepakat menyatukan diri dalam arus besar masyarakat Amerika yang plural dan heterogen.

Juga masyarakat Amerika di Queebeck yang berbudaya dan berbahasa Perancis ingin memisahkan diri dari Kanada yang berbahasa Inggris. Juga sebagian orang Papua berbahasa Indonesia tetapi memandang ras mereka Melanesia sehingga ingin memisahkan diri dari Indonesia yang ras Melayu. Padahal, Maluku dan Nusa Tenggara yang ras Melanesia tetapi merasa nyaman menjadi bagian dari Indonesia. Nasionalisme sendiri kumpulan identitas kultural, etnis, bahasa, agama, menyatu dalam kesamaan padangan untuk hidup bersama. Dayak dan Papua “berbeda”, tetapi “sama” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jika seseorang secara etnis adalah Papua, maka identitasnya Papua. Jika seseorang berasal dari Hadhrami, maka identitasnya Arab. Identitas dapat dipahami sebagai ciri-ciri fisik atau kualitas yang membuat seseorang atau sekelompok orang yang membuat mereka berbeda atau unik dari yang lain ( make them different or unique from others). Tetapi identitas juga adalah kondisi atau fakta yang menjadikan sekelompok orang sama ( being the same) atau memiliki kesamaan ( sameness).

Orang Papua dan Dayak secara fisik berbeda tetapi memiliki kesamaan sebagai WNI, maka Indonesia menjadi identitas dari orang Papua dan orang Dayak. Atau orang Cina, Arab dan (peranakan Eropa) yang lahir dan besar di Indonesia secara etnik berbeda tetapi memiliki ketergantungan ideologis, psikologis dan sosilogis dengan Indonesia, dan mereka mengaku sebagai orang Indonesia. Hal yang sama terjadi di belahan dunia yang lain seperti di Amerika dan Eropa.

Politik identitas adalah aktivitas politik yang berbasis identitas atau menggunakan identitas dalam keterlibatan politik, atau sebaliknya memperjuangkan kepentingan dan kebaikan identitas melalui sarana politik. Politik identitas yang ekstrim dihubungkan dengan penindasan, kekerasan yang memicu keinginan untuk melepaskan diri ( self-determination). Tuntutan untuk persamaan hak-hak kewarganegaraan seperti di masyarakat Aborigin, kaum perempuan dan kaum LGBT termasuk kategori ini.

Dalam makna yang positif, politik identitas adalah bagaimana seseorang atau anggota kelompok mengartikulasikan secara eksplisit kalibrasi kesamaan dan perbedaan itu dalam satu hubungan soliditas yang dikecualikan ( relations of exclusion), sehingga dapat menyatukan kelompok manapun. Misalnya, identitas sebagai perbedaan ( identity as differences) jika diarahkan keluar (eksternal) dan sebagai kesamaan ( identity as sameness) jika ditujukan ke dalam (internal). Jadi politik identitas adalah gagasan tentang kesamaan dan perbedaan. Apa yang dilakoni Anies lebih menekankan pada ekspresi kesamaan ( sameness) dan perbedaan ( differences). Jadi, salah jika politik identitas dikembangkan seolah-olah bentuk eksklusivisme politik.

Perbedaan adalah takdir alam ( sunnatullâh) dan memperkenalkan diri sendiri atau kelompok kepada pihak lain adalah tabiat kemanusiaan sebagai makhluk sosial. Tuhan menciptakan manusia dari seorang lelaki dan perempuan, kemudian berkembang menjadi suku-bangsa untuk saling memperkenalkan diri ( lita’ârafû) dalam rangka taat kepada-Nya (baca Al-Qur’an, al-Hujurat : 13). Giddens (1996) menyebutkan dorongan kepada aktualisasi diri berdasarkan kepercayaan dasar, yang dalam konteks personal hanya dapat dilakukan dengan “membuka” diri terhadap orang lain ( a mutual process of self-disclosure). Tanpa pengenalan, identitas tidak dapat dinamakan identitas. Maka hati-hati “memusuhi” (politik) identitas, karena hal itu berarti anda memusuhi diri anda sendiri. Tuhan sendiri pun ingin dikenali sehingga Dia menciptakan manusia untuk mengenal Dia ( kuntu kanzan makhfiyyan fa-ahbabtu ‘an u’rafa fa khalaqtu al-khalqa li-kay u’rafa), demikian Firman Tuhan dalam sebuah hadits Qudsi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *