Harian Kompas dan Framing Delegitimatif terhadap Anies Baswedan

Harian Kompas dan Framing Delegitimatif
Anies Baswedan. Foto: Facebook Anies Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: KRT Purbonagoro

Hajinews.id – Masih ingat headline harian Kompas berjudul “Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa”? Artikel yang berisi tentang pembebasan bersyarat kepada 23 narapidana tindak pidana korupsi tersebut, anehnya terpasang foto Anies Baswedan sebagai headline foto.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Isi berita dan foto tersebut sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali. Namun, dalam pandangan pembaca, bisa dimaknai lain, yaitu Anies sebagai pelaku tindak pidana korupsi.

Media sebesar Kompas, seharusnya memiliki standar quality control yang baik, sehingga bisa menjalankan kode etik jurnalistik yang baik. Bisa memberikan informasi yang berimbang, fair, dan tidak melakukan framing terhadap pemberitaannya.

Namun, dari foto berita tersebut, sulit memungkiri bahwa Kompas tidak melakukan framing negatif dan memberikan citra delegitimatif terhadap sosok Anies Baswedan.

Framing pemberitaan Kompas tersebut sepertinya bukan satu-satunya dan terakhir kali. Pemberitaan terbaru Senin, 17 Oktober kemarin sepertinya juga menjadi contoh lain dari framing Kompas. Di foto tersebut terpampang foto Anies sedang bersepeda dan dinarasikan sedang mendatangi massa peserta CFD di Bundaran Hotel Indonesia.

Faktanya, massa yang ada di Bundaran HI yang menyambut Anies. Anies tengah dalam perjalanan dari rumahnya menuju Balai Kota. Di lokasi tersebut, warga membentangkan spanduk “Terima kasih Anies Baswedan” yang menandakan bahwa warga memang menanti kehadiran Anies Baswedan.

Ada apa sebenarnya dengan Kompas? Ada sesuatu yang sepertinya disembunyikan Kompas. Mengapa mereka tidak mau menuliskan berita berdasar fakta di lapangan?

Bila ingin melihat suasana sesungguhnya penyambutan Anies Baswedan, Suasana di sekitar Balai Kota yang seharusnya jadi headline foto dan pemberitaan. Di Balai Kota, warga hadir secara swakarsa. Mereka rela hadir untuk mengucapkan terima kasih kepada Anies Baswedan atas kerja keras dan dedikasinya pada DKI Jakarta dan warganya.

Satu hal yang menarik adalah relawan dan simpatisan yang hadir di Balai Kota tidak hanya warga Jakarta. Banyak warga luar kota datang ke tempat ini mulai dari Jabodetabek hingga luar Pulau Jawa. Hal tersebut menunjukkan kecintaan dan dukungan warga kepada sosok Anies Baswedan.

Hal tersebut justru luput atau entah diluputkan oleh Kompas. Seolah-olah Anies Baswedan yang datang dan menghampiri warga. Faktanya, warga yang menunggu dan menyambut kehadiran Anies Baswedan.

Dari pemberitaan-pemberitaan tersebut, Kompas memang terlihat konsisten dalam memframing dan memberikan citra delegitimatif terhadap Anies. Foto Anies dipasang di halaman depan Kompas, namun diberitakan bahwa dia mendatangi kumpulan massa. Padahal peristiwa utama yang sebenarnya ada di Balai Kota, yaitu sambutan warga dari Jakarta maupun luar kota atas kehadiran Anies.

Warga sangat antusias menyambut kehadiran Anies Baswedan, karena ingin berterima kasih secara langsung kepadanya, atas kerja-kerja yang sudah dilakukannya. Sayangnya, Kompas melihat dari sudut pandang yang berbeda dan memberikan citra negatif terhadap Anies Baswedan.

Dari berita-berita tersebut, kita layak bertanya: tabir apa yang sebenarnya disembunyikan Kompas? Kompas mulai berpolitik? Lalu, aspirasi politik kelompok manakah yang mau digaungkan Kompas?

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *