Kisah Abu Nawas: Iseng Jalan-Jalan di Pasar, Abu Nawas Dapat Sekantong Uang Emas, Menang Banyak!

Abu Nawas Dapat Sekantong Uang Emas
Abu Nawas Dapat Sekantong Uang Emas. Foto/ilustrasi: unsplash
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – SUATU hari Abu Nawas menemukan sekantong emas. Lalu suatu ketika negerinya sedang mengalami masa paceklik, banyak yang gagal panen, dan pasar sepi pembeli.

Ini tentu saja kondisi ini sangat memengaruhi rakyatnya. Banyak warga yang mengalami kesusahan, termasuk Abu Nawas. Dia dan istrinya terkadang harus berpuasa karena tidak ada makanan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Suatu ketika Abu Nawas berjalan-jalan di pasar untuk menghilangkan rasa jenuhnya dan tiba-tiba menemukan kantong hitam berisi uang dan langsung ditanam di dalam tanah.

Abu Nawas merenung sepanjang malam, pikirannya bertanya-tanya, apakah uang di dalamnya akan diambil atau tidak? Hatinya berpikir mengambilnya karena keluarganya sedang mengalami kelaparan.

Namun, Abu Nawas teringat terus bahwa memakan harta haram bisa mendapat siksa kubur di dunia dan akhirat. Akan tetapi dirinya juga teringat hadis Nabi yang mengatakan, “Allah Subhanahu wa ta’ala memberimu hadiah tanpa kamu minta maka terimalah hadiah itu, jangan kamu tolak, kemudian infakkanlah.”

Ketika mengingat hadis tersebut, Abu Nawas berkata kepada diri sendiri, “Sungguhkah ini hadiah dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan hadiah itu bagi orang yang menemukan uang tersebut.”

Namun hal itu tidak menjadikan Abu Nawas membuka kantong temuannya dan masih menunggu barangkali pemiliknya akan datang.

Hari pun berlalu dan ketika Abu Nawas kembali berjalan-jalan di pasar mendengar seorang saudagar laki-laki kaya sedang mengumumkan bahwa kantongnya hilang.

“Wahai para penduduk negeri, barang siapa yang menemukan kantong hitam berisi uang 1.000 dinar maka kembalikanlah dengan jaminan dari Allah Subhanahu wa ta’ala,” ucap saudagar kaya itu, dikutip dari YouTube Tabassam Channel.

Mendengar hal tersebut, Abu Nawas langsung mendekati saudagar itu. “Wahai tuan, negeri kami sedang mengalami masa paceklik. Banyak di antara kami yang hidup miskin. Seumpama uang Anda ditemukan oleh orang yang mengalami kesusahan, maukah tuan memberikan sedikit uang secara halal?” ucap Abu Nawas.

“Berapa yang diinginkannya?” tanya saudagar kaya itu.

“Sepersepuluhnya, tuan,” jawab Abu Nawas.

“Aku tidak akan memberikannya sedikit pun, jika ia tidak mengembalikannya kepadaku maka di akhirat nanti akan kutuntut di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala,” ucap saudagar kaya itu.

Mendengar perkataan tersebut, Abu Nawas segera kembali ke rumahnya dan menceritakan kepada istrinya bahwa ia telah menemukan pemilik kantong uang itu.

“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengembalikan uang itu?” tanya Abu Nawas kepada istrinya.

Mendengar hal itu, istrinya agak marah, “Aku dan anak-anakmu telah menderita kemiskinan bersamamu selama 50 tahun, bahkan saat ini kita hanya mempunyai satu pakaian dan dipakai bergantian untuk sholat.”

“Selama hidup kita belum makan buah dan daging. Datangilah pemiliknya, desaklah dia agar memberikan sepersepuluh dari uangnya itu. Jika ia tidak setuju maka mintalah seperseratusnya. Tapi jika masih tidak setuju, maka mintalah seperseribunya yang berarti menerima 1 dinar karena 1 dinar lebih baik daripada tidak sama sekali,” ujar sang istri.

Mendengar penjelasan istrinya itu, Abu Nawas lalu pergi kembali menemui saudagar kaya di pasar.

“Hai tuan, sebenarnya sayalah penemu kantong berisi uang. Apakah tuan bersedia memberikan sedikit uang tersebut kepada saya meskipun hanya 1 dinar, karena beberapa hari ini keluarga saya belum makan tuan,” jelas Abu Nawas.

Namun, saudagar kaya itu tetap pada pendiriannya untuk tidak memberikan uang tersebut. Maka diajaklah saudagar itu ke rumah Abu Nawas.

Setibanya di rumah, Abu Nawas menyerahkan kantong tersebut. “Benarkah ini kantong tuan?” tanya Abu Nawas.

“Iya benar,” jawab saudagar kaya tersebut.

Kemudian lelaki tersebut membuka kantongnya dan menghitung jumlah uangnya. Jumlahnya masih tetap utuh yaitu 1.000 dinar.

Lalu saudagar kaya itu pamit pulang kepada Abu Nawas, tapi belum juga melewati pintu keluar tiba-tiba berhenti dan berkata, “Wahai orang tua, aku akan menceritakan kepadamu mengenai kantong ini.”

“Ayahku telah mewariskan kepadaku uang 3.000 dinar sebelum meninggal. Ayahku berpesan kepadaku untuk membagikan sepertiganya kepada orang yang berhak menerimanya, dan aku juga disuruh menjual warisan ternak lalu menginfakkannya, sebagian lagi aku gunakan untuk pergi haji, maka aku pun melaksanakan wasiat itu dan wasiat untuk membagikan sepertiga uang dari kekayaanku.”

“Uang tersebut aku letakkan di kantong ini, lalu aku pergi ke kota untuk mencari orang yang benar-benar miskin. Namun, aku tidak menemukan seorang pun yang lebih berhak daripada Anda, maka ambillah uang di kantong ini. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberkahimu,” terang saudagar tersebut.

Mendengar hal itu, Abu Nawas pun bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kesabaran dan kejujurannya saat menemukan uang tersebut ternyata mendapat jalan lain dari Allah Ta’ala.

Ternyata saudagar kaya tersebut tidak hanya memberikan seperseratus yang dimintanya, melainkan semua uang yang ada di kantong tersebut.

Wallahu a’lam bisshawab.

Mendengar hal tersebut, Abu Nawas langsung mendekati saudagar itu. “Wahai tuan, negeri kami sedang mengalami masa paceklik. Banyak di antara kami yang hidup miskin. Seumpama uang Anda ditemukan oleh orang yang mengalami kesusahan, maukah tuan memberikan sedikit uang secara halal?” ucap Abu Nawas.

“Berapa yang diinginkannya?” tanya saudagar kaya itu.

“Sepersepuluhnya, tuan,” jawab Abu Nawas.

“Aku tidak akan memberikannya sedikit pun, jika ia tidak mengembalikannya kepadaku maka di akhirat nanti akan kutuntut di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala,” ucap saudagar kaya itu.

Mendengar perkataan tersebut, Abu Nawas segera kembali ke rumahnya dan menceritakan kepada istrinya bahwa ia telah menemukan pemilik kantong uang itu.

“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengembalikan uang itu?” tanya Abu Nawas kepada istrinya.

Mendengar hal itu, istrinya agak marah, “Aku dan anak-anakmu telah menderita kemiskinan bersamamu selama 50 tahun, bahkan saat ini kita hanya mempunyai satu pakaian dan dipakai bergantian untuk sholat.”

“Selama hidup kita belum makan buah dan daging. Datangilah pemiliknya, desaklah dia agar memberikan sepersepuluh dari uangnya itu. Jika ia tidak setuju maka mintalah seperseratusnya. Tapi jika masih tidak setuju, maka mintalah seperseribunya yang berarti menerima 1 dinar karena 1 dinar lebih baik daripada tidak sama sekali,” ujar sang istri.

Mendengar penjelasan istrinya itu, Abu Nawas lalu pergi kembali menemui saudagar kaya di pasar.

“Hai tuan, sebenarnya sayalah penemu kantong berisi uang. Apakah tuan bersedia memberikan sedikit uang tersebut kepada saya meskipun hanya 1 dinar, karena beberapa hari ini keluarga saya belum makan tuan,” jelas Abu Nawas.

Namun, saudagar kaya itu tetap pada pendiriannya untuk tidak memberikan uang tersebut. Maka diajaklah saudagar itu ke rumah Abu Nawas.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *