Tafsir Al-Quran Surat Al-Jatsiyah Ayat 16-20: Pengendalian Hawa Nafsu Pangkal Utama Keselamatan

Surat Al-Jatsiyah Ayat 16-20
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI. Foto/ilustrasi: Tangkapan layar Youtube Kalam Tv
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Ahad, 30 Oktober 2022

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Kaum muslimin, kita dapat berjumpa lagi di Masjid Al-Hijri II pada pada pagi ini Hari Ahad tanggal 4 Rabiul Akhir 1444 H bertepatan dengan tanggal 31 Oktober 2022, untuk meneruskan kajian kita, Tafsir Al-Quran untuk mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita melanjutkan kajian tafsir kita pada Surat Al-Jatsiyah 16-20. Mari kita membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah bersama-sama, dilanjutkan dengan Surat Al-Jatsiyah ayat 16-20 tersebut, yang artinya, ”Dan sungguh, kepada Bani Israil telah Kami berikan Kitab (Taurat), kekuasaan dan kenabian, Kami anugerahkan kepada mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka atas bangsa-bangsa (pada masa itu). Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih kecuali setelah datang ilmu kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Sungguh, Tuhanmu akan memberi putusan kepada mereka pada hari Kiamat terhadap apa yang selalu mereka perselisihkan. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui. Sungguh, mereka tidak akan dapat menghindarkan engkau sedikit pun dari (azab) Allah. Dan sungguh, orang-orang yang zhalim itu sebagian menjadi pelindung atas sebagian yang lain, sedangkan Allah pelindung bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Qur’an) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini”.

Ayat-ayat ini berisi kisah perjalanan suatu bangsa, dalam hal ini Bani Israil, yang awalnya berupa bangsa unggul, mendapat kenikmatan, keunggulan dan kelebihan dari Allah SWT, yang kemudian menjadi bangsa yang terkutuk dan terhina, dihinakan dan tersesat. Beberapa penyebabnya antara lain adalah bahwa Bani Israil tidak pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa jika Anda bersyukur, maka nikmat akan ditambah. Jika Anda kufur, maka adzab Allah sesungguhnya lebih pedih. Pelajaran ini bukan hanya untuk Bani Israil, tapi untuk kita semua. Pada ayat-ayat di atas, walau pun banyak nikmat yang diberikan bahwa banyak nabi berasal dari Bani Israil, tapi salah satu watak Bani Israil adalah membunuh para nabi tersebut dan membunuh orang-orang beriman.

Tentang bangsa-bangsa yang kufur nikmat dapat dijumpai dalam Surat An-Nahl Ayat 112. “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari setiap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat”. Maknanya, adzab yang diberikan Allah kepada bangsa yang kufur nikmat adalah pakaian ketakutan (sudah melekat pada kehidupannya), yaitu perasaan lapar, khawatir masa depan, yang sangat berlebihan. Itu pertanda bangsa yang kufur nikmat. Adzab kedua adalah pertentangan yang terus menerus, kususnya sampai pada dasar-dasar agama, jadi bukan sekadar ikhtilaf atau pertentangan khilafiyah. Adzab ketiga adalah tumbuhnya sifat hasud sesama. Sifat hasud-dengki ini adalah persepsi bahwa tidak ada orang benar di sektiarnya. Tapi, orang hasud ini akan celaka di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian sifat hasud, karena hasad adalah sumber dari dosa”. Adzab keempat adalah menolak aturan Allah (syariah), dan mengganti dengan aturan yang diciptakan oleh manusia. Menolak aturan Allah SWT adalah salah satu ciri orang sombong, sok mampu mengatur, apalagi melupakan ketentuan Allah SWT.

Menjawab pertanyaan, apakah kemakmuran adalah tanda keberkahan? Salah satu tanda keberkahan itu tentu tidak sekadar material, tapi spiritual. Perhatikan Surat Al-Anam ayat 44, “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” Tidak semua kemakmuran itu berarti keberkahan, apalagi hanya sekadar material dan disertai kesombongan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *