Cerita Tiga Pemimpin Dunia dan Takdir Anies Baswedan

Cerita Tiga Pemimpin Dunia dan Takdir Anies Baswedan
Cerita Tiga Pemimpin Dunia dan Takdir Anies Baswedan
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Berbagai posisi, dari Rektor Paramadina, intelektual publik yang teruji integritasnya, Mendiknas, dan Gubenur DKI yang paling “dianiaya”, semua orang tahu siapa Anies yang sebenarnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Hajinews.id – Enam bulan yang lalu, tepatnya tanggal 22 Maret 2022, kolumnis kondang The New York Times, Tom Friedman, menulis tentang tiga tokoh besar dunia, Vladimir Putin, Donald Trump, dan Xi Jinping.

Ketiga mereka berupaya keras memperpanjang masa jabatannya. Satu berhasil, Putin, satu lagi, dalam penantian-pada saat itu, Jin Ping, dan satunya lagi, Trump, gagal total.

Walaupun sudah 6 bulan, Tom belum menulis tentang Indonesia, padahal dia tahu negeri ini adalah demokrasi tiga besar dunia, setelah India dan AS. Tom juga sangat tahu betapa prospek Indonesia di kawasan Indo-Pasifik saat ini dan di masa depan.

Ia bukan tidak mungkin juga familiar dengan prediksi Indonesia akan menjadi nomor empat ekonomi terbesar global pada tahun 2030, setelah China, India, dan AS, versi Standard Chartered Bank dan Price Water Coopers.

Mungkin dia sedang sibuk dengan pemilihan senat dan anggota kongres tengah Periode AS. Atau mungkin juga dia sibuk mengamati gejala awal frutrasi dan kekalahan Putin di Ukraina.

Bukan tidak mungkin pula dia juga tertarik dengan fenomena PM baru Inggris jebolan MBA Stanford, Rishi Sinak. Di tiga negara itu presidennya ngotot secara berlebihan untuk perpanjangan masa jabatan.

Di Indonesia keinginan itu juga ada, langsung atau tak langsung. Pendukung petahana dan mungkin juga petahana, awalnya ngotot, tetapi ngototnya malu-malu.

Mungkin Tom tidak buru-buru harus menulis tentang Indonesia, karena hasil akhir pergantian jabatan Presiden RI masih cukup lama, yaitu awal 2024. Yang pasti skor hari ini 2-1, dua berhasil, satu gagal. Skor itu bisa 2-2 atau bisa saja berobah 3-1, walaupun memerlukan deksipsi panjang untuk penjelasannya.

Beda Nasib Jin Ping, Putin, dan Trump

Sebelum menerima mandat untuk periode ketiga, beberapa hari yang lalu, Xi Jin Ping dengan mudah mengubah konstitusi RRC melalui Kongres Nasional Rakyat. Ia melakukan setahun sebelumnya dengan sangat sistematis.

Dengan komposisi 2,958 menerima, 2 suara menolak, dan 3 abstain, terhapus sudah pembatasan periode dua kali jabatan presiden Cina. Beberapa hari yang lalu beredar video Hu Jintau-mantan Presiden sebelumnya, dikawal ketat dan dikeluarkan dari arena Kongres PKC.

Jin Ping mengirim pesan kepada publik domestik dan internasional, Tiongkok kini sepenuhnya di tangannya. Lupakan saja antek Deng Xioping seperti Hu Jintau dan Jang Zemin.

Warisan reformasi yang diperjuangkan dan diukir oleh Deng Xioping yang sangat monumental itu, kini telah jadi sejarah. Hari ini, peluang menjadi presiden seumur hidup, telah dimulai oleh Jin Ping.

Putin juga tak jauh beda dengan Jin Ping. Pembatasan dua periode jabatan presiden Rusia dirobahnya secara sistematis. Ia mengubah konstitusi Rusia pada tahun 2008, dan dilanjutkan pada tahun 2020. Ketentuan undang-undang dua periode jabatan presiden Rusia, hilang tak berbekas.

Ia dengan mudah mendikte parlemen Rusia, Duma, untuk perubahan itu. Putin terpilih tahun 2000, berlanjut 2004, 2014, dan 2018.

Jika tak ada halangan, Putin akan mengakhiri masa jabatannya saat ini pada tahun 2024. Namun, Putin adalah tiran jenius. Amanden konstitusi memberikan lagi peluang kepadanya dua kali enam tahun.

Ia akan berumur 83 tahun saat itu, dan kalau ia sehat, Putin hanya kalah dengan Stalin dalam hal lamanya berkuasa. Apa yang dialami Putin dan Ji Ping tidak terjadi di AS.

Trump yang sangat berambisi untuk masa kedua, dua tahun yang lalu, bahkan dengan mengerahkan “people’s power”, mengalami nasib tragis. Ia gagal. Terlalu kecil gelombang Trump dibandingkan dengan kekuatan lembaga demokrasi AS.

Dan kini, Trump sedang mengalami panggilan dari Tim Panel 6 Januari untuk pemeriksaan keterlibatannya dalam penyerangan Gedung Kongres bulan Januari 2021. Kini Trump tidak hanya berurusan dengan penyerbuan itu. Ia bahkan menghadapi 3 masalah tambahan lain yang bercampur antara kriminal keuangan dirinya, perusahaan, dan anggota keluarganya.

Ia juga terancam dengan temuan FBI tentang penyabotan lebih dari 100 dokumen rahasia negara di komplek rumah mewahnya Mar-a-Lago, di Palm Beach, Miami, Florida. Ia kini menghadapi ancaman hukuman keamanan negara.

Bagi Putin, tak sulit melanjutkan tradisi pemerintahan represif ratusan tahun Tsar yang berlanjut dengan rezim diktator polit biro partai komunis Uni Soviet. Demokrasi “seumur tauge” yang terjadi pada masa transisi Gorbachev dan awal Yeltsin, sangat gampang diubah oleh Putin.

Lebih dari itu gelombang swastanisasi BUMN Rusia dan rejeki nomplok kenaikan harga migas membuat Putin punya dua produk andalan berkelanjutan, otokrasi, dan oligarki.

China yang memang sama sekali belum demokratis memberi peluang besar kepada Jin Ping untuk berbuat sesukanya. Sambil menegaskan slogan sosialisme dengan karakter Cina, memberangus otonomi Hongkong, mengikis “radikalisme” Uyghur, mempertegas kartu Cina tentang Taiwan, menantang siapapun di Laut Cina Selatan, Jin Ping menyatakan siapa dirinya.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *