“Maaf Abu Jahil, apakah botol maduku tertukar dengan botol air gula milikmu?,” tanya Tuan Hamid
“Tidak, botol itu tidak tertukar selama disimpan di dapur sama sekali. Aku tidak pernah menyentuhnya apalagi sampai aku tukar botolnya. Anda jangan memfitnah aku Tuan Hamid,” tutur Abu Jahil.
“Tapi bagaimana bisa botol maduku berubah isinya menjadi air gula?,” tanya Tuan Hamid.
Karena tak ada yang mengalah akhirnya terjadilah pertengkaran di antara keduanya. Pertengkaran mereka hingga mengundang perhatian para tetangga. Hingga datanglah Abu Nawas.
“Coba kalian berdua ceritakan padaku apa masalahnya?,” minta Abu Nawas.
Tuan Hamid lalu mengadukan tentang perbuatan Abu Jahil, sementara Abu Jahil bertahan pada pendiriannya yang menyatakan bahwa dirinya tidak menukar botol madu.
“Baiklah kalau kalian berdua tidak ada yang mau mengaku saya punya cara untuk mengetahui siapa di antara kalian yang berbohong,” ujar Abu Nawas.
“Abu Jahil apakah di rumahmu ada anak kecil?,” tanya Abu Nawas
“Ada dia anak pelayan saya,” jawab Abu Jahil.
“Segera panggil anak kecil itu kemari,” perintah Abu Nawas.
Maka dipanggillah anak kecil tersebut untuk menghadap Abu Nawas
“Hai anak kecil yang pintar aku mau mengajukan satu pertanyaan apa yang kau ketahui tentang botol madu yang disimpan di dapur majikanmu?,” tanya Abu Nawas dengan polosnya .
Anak kecil itu pun menjawab “Oh soal itu aku pernah disuruh majikanku untuk menukar isinya dengan air gula,”
Seketika pucatlah wajah Abu Jahil, Ia lupa jika anak kecil pasti akan berkata polos jujur apa adanya jika ditanya.
“Abu Jahil, Abu Jahil lagi-lagi kamu membuat ulah sekarang kembalikan madunya,” bentak Abu Nawas.
Itulah kisah Abu Nawas dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh tetangganya.***