Kebal Resesi! Bos BI Prediksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3 Persen pada 2023

Gubernur Bank Indonesia (BI) yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP IPHI) Perry Warjiyo (tangkapan layar)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Gubernur Bank Indonesia (BI) yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP IPHI) Perry Warjiyo optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh kuat pada 2023 dan 2024, di tengah tantangan risiko resesi yang menghantam dunia.

Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh kuat pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen pada 2023. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat lebih tinggi pada 2024, yaitu pada kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Pertumbuhan akan cukup baik pada kisaran 4,5–5,3 persen pada 2023 dan meningkat pada kisaran 4,7–5,5 persen pada 2024,” katanya dalam Pertemuan Tahunan BI 2022, Rabu (30/11/2022).

Di samping kinerja ekspor dan konsumsi rumah tangga yang kuat, Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi juga akan didorong oleh kinerja investasi yang meningkat.

Selain itu, pengembangan hilirisasi sumber daya alam, pembangunan infrastruktur, dan pemulihan sektor pariwisata juga akan turut mengungkit perekonomian Indonesia ke depan.

Namun demikian, Perry mengingatkan masih terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, terutama dari sisi perekonomian global.

Dia menjelaskan, risiko pertama yang perlu diwaspadai yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, terutama risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat dan Eropa.

Kedua, inflasi yang melonjak dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi di pasar global. Ketiga, era suku bunga tinggi yang berlangsung lebih lama. Kenaikan suku bunga the Fed terutama diproyeksi akan mencapai tingkat 5 persen dan tetap bertahan pada level yang tinggi pada 2023.

Keempat, penguatan dolar AS yang akan memberikan risiko pada berlanjutnya pelemahan mata uang banyak negara, termasuk Indonesia. Kelima, derasnya aliran modal asing yang keluar dari negara berkembang menambah ketidakpastian pasar keuangan, termasuk Indonesia.

Sumber: bisniscom

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *