Gempa Cianjur, Syahwat dan Anomali Politik

Syahwat dan Anomali Politik
Mulawarman, Jurnalis, Alumnus FEB Unhas. Foto: ist
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jadi, kalo ada politisi yang menklaim bahwa dinas bekerja karena berkat tekanannya, dipastikan itu hanya klaim. Dan untuk menggiring opini agar publik percaya dengan yang dilakukannya. Padahal statemennya hanya menjadi startegi politik agar publik diam ditengah melemahnya kepercayaan publik kepada politik.

Serba Manuver

Bagi politisi boleh jadi tidak ada jeda kerja untuk pemenangan partainya. Bagi mereka kapanpun dmana pun semuanya dilakukan untuk pemenangan politik. Lebih lagi jelang Pemilu 2024, tentu saja bukan waktu yang lama. Sisa kerja 2.5 tahun lagi, untuk bisa kembali berkuasa. Publik harus direkayasa dan digiring sehingga mereka tetap percaya kepada mereka.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Boleh jadi bila Anda jadi mereka, akan melakukan hal yang sama. Pemenangan, pemenangan dan manuver politik agar dapat berkuasa, kini dan akan datang. Tak peduli apakah masyarakat membutuhkan uluran tangannya atau tidak, yang penting publik percaya dan memilihnya saat pemilu. Toh publik akan butuh banyak uang untuk siap mendukung apa dan siapa di Pemilu 2024. Sehingga mereka persiapkan sebanyak mungkin modal utk bisa maju lagi.

Di luar itu sebetulnya mereka terjebak dalam politik transaksional yg sudah sangat mengakar di masyarakat kita. Masyarakat seakan hanya akan percaya dan pilih dengan uang yg dikeluarkan sehingga politisi perlu sebanyak mungkin mengeluarkan uang. Membeli suara masyarakat. Toh masyarakat juga aji mumpung menjual suaranya besar besaran di pemilu, Karena mereka sadar bahwa yang akan dipilih itu dipastikan lupa dengan mereka bila sudah jadi. Karenanya ditarif dengan mahal sejak awal.

Anggapan itu boleh jadi tidak salah, mengingat keadaan masyarakat kita yang sudah sangat hipokrit dan pragmatis dalam menyikapi politik. Hal ini memang berjalan kelindan dengan keadaan ekonomi masyarakatnya, kita dan pendidikan yang relatif rendah. Sehingga menjadi cara yang mudah dan cepat dapat insentif adalah dengan jual suara. Meski memang sejak awal mereka sadar bahwa pejabat yang dipilih bisa saja tidak akan peduli.

Keadaan ini jelas sangat memprihatinkan, dimana masyarakat menjadi sangat pragmatis dan hipokrit. Akan tetapi kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan masyarakat yg memang hidup dalam keadaan ekonomi yang terbatas. Mengharap perubahan pada mereka yang lemah seperti punuk merindukan bulan.

Yang penting kita minta tanggung jawab adalah dari para politisi itu sendiri untuk secara langsung bisa memberikan edukasi politik di satu sisi dan memberikan perbaikan konkret dalam kehidupan masyarakat, seperti penyediaan lapangan kerja, perbaikan pendidikan, hingga ruang yang bebas bagi panggung politik.

Artinya, dua tugas ini berlaku secara bersamaan, tidak dapat memprioritaskan satu atas yang lainnya. Karena mustahil mencegah orang untuk tolak politik uang, sementara keadaan ekonomi mereka tidak lantas dibetulkan. Jadilah penyelesaian masalah sambil turut memberikan solusinya ke pada masyarkat. Inilah letak keadilan dan proporsional.

Dalam hal ini, maka kita mesti menuntut tanggung jawab dan pihak yang paling bertanggung jawab atasnya adalah para pejabat negara. Sehingga untuk sungguh melakukan penyelesaian masalah masyarakat dengan memberikan teladan dan jalan keluar yang konkret atas segala masalah yang ada.

Dengan demikian, bila para politisi sudah bersungguh sungguh melakukan kerja politik dalam menyelesaikan berbagai masalah masyarakat, dan mereka juga sudah ikut merasakan kehadirannya, maka tidak perlu mereka harus dipusingkan dengan urusan uang politik yang harus dikeluarkan dalam.setiap pemilu. Karena sejatinya mereka, publik, sdh merasakan kehadirannya. Tabe.(*)