Tafsir Al-Quran Surat Al-Ahqaf 6-10: Tauhidullah Melenyapkan Keangkuhan dan Menghantarkan pada Kemuliaan

Tafsir Al-Quran Surat Al-Ahqaf 6-10
Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Ta’lim Bakda Subuh

Oleh: Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, Anggota Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Disarikan oleh Prof. Dr. Bustanul Arifin

Hajinews.id – Alhamdulillahi rabbil a’lamin. Para jamaah kaum muslimin dan muslimat di Masjid Al-Hijri 2 dan yang berada di rumah, kita dapat berjumpa lagi dalam Penhajian Tafsir di Masjid Al-Hijri II pada pada pagi ini Hari Ahad tanggal 10 Jumadil Awal 1444 H bertepatan dengan tanggal 4 Desember 2022, untuk meneruskan kajian Tafsir Al-Quran dan mendalami ayat-ayat Allah. Insya Allah kita melanjutkan kajian tafsir kita pada Surat Al-Ahqaf 6-10. Mari kita membaca Ummul Kitab Surat Al-Fatihah bersama-sama, dilanjutkan dengan Surat Al-Ahqaf ayat 6-10 tersebut. “Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan yang mereka lakukan kepadanya. Dan apabila mereka dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang kafir berkata ketika kebenaran itu datang kepada mereka, “Ini adalah sihir yang nyata.”Bahkan mereka berkata, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al-Qur’an).” Katakanlah, “Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tidak kuasa sedikit pun menghindarkan aku dari (azab) Allah. Dia lebih tahu apa yang kamu percakapkan tentang Al-Qur’an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antara aku dengan kamu. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak tahu apa yang akan diperbuat terhadapku dan terhadapmu. Aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku hanyalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku, bagaimana pendapatmu jika sebenarnya (Al-Qur’an) ini datang dari Allah, dan kamu mengingkarinya, padahal ada seorang saksi dari Bani Israil yang mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur’an lalu dia beriman, kamu menyombongkan diri. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.”

Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas. Pertama, orang yang paling rugi adalah orang yang beribadah atau melakukan pengabdian selain dari Allah SWT, bisa dalam bentuk berhala, bentuk manusia atau benda-bendah hidup. Di akhirat orang-orang ini adalah paling merugi, karena apa-apa yang disembah itu akan melakukan penolakan dan tidak bertanggung jawab. Mereka tidak mendengar permohonan, tidak menolong apa yang diinginkan, tidak menjawab apa yang dikomunikasikan, tidak memberikan ketenangan pada hati, dll. Para sesembahan itu kelak justeru akan berkata, “Kami tidak menyuruh mereka untuk beribadah kepada kami”. Mereka ternyata merupakan orang-orang yang paling bodoh atau paling sesat. Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa Beliau bukan merupakan orang yang pertama mengajarkan ketauhidan atau kepasrahan total kepada ketentuan Allah. Orang muslim tidak ada alasan untuk menolak ketentuan Allah SWT. Perhatikan Surat An-Nur ayat 51, “Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”

Pelajaran kedua adalah ajaran tauhid itu akan memanusiakan manusia, menjunjung tinggi ma’rifatullah, keimanan Kepada Allah SWT. Manusia adalah makhluq paling sempurna, sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. Akan tetapi, jika manusia itu tidak beriman, maka derajatnya akan meluncur pada derajat rendah serendah-rendahnya (asfala safilin). Kita sudah sering membaca ketentuan ini yang tercantum dalam Surat At-Tin, yang sering kita baca pada shalat lima waktu.

Pelajaran ketiga adalah orang yang paling tinggi derajat keimanannya Kepada Allah SWT, maka dia akan memperloh ketenangan, memperoleh hati yang ikhlas, dan memperoleh kemenangan. Perhatikan Surat Qaf ayat 31-35, “Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Kepada mereka dikatakan), “Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” Kondisi yang mencapai “qalbin munib” adalah yang kelompok paling tenang hatinya, karena telah mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pelajaran keempat adalah orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT akan jauh dari sifat-sifat sombong dan takabbur. Sifat buruk itu akan terkikis dengan keimanan atau ma’rifatullah yang tinggi. Semuanya yang kita lakukan, ibadah, ruku’. Sujud semuanya untuk Allah SWT. Kita merasa kecil dan tidak berdaya sama Sekali, kecuali dengan pertolongan Allah. Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, akan dibiarkan sesat dan paling mnerugi, hingga hari kiyamat dan kelak di akhirat. Contoh dari orang yang sesat dari Bani Isra’il dan kemudian menjadi orang beriman adalah Abdullah bin Salam, yang akhirnya tidak sombong, tidak takabur Kepada Allah SWT dan tidak sombong terhadap ajaran Rasulullah SWT.

Menjawab pertanyaan bagaimana tentang orang yang rajin ibadah tapi kelihatan angkuh dalam penampilannya? Pertama kita perlu berbaik sangka terhadap orang-orang seperti itu. Mungkin saja, orang tersebut kurang bergaul atau kurang mampu menerima nasihat. Jika melihat orang seperti itu, sebaiknya dinasihati saja. “Addinu nasihat” atau agama itu adalah nasihat. Barang siapa tidak masuk nasihat kepada hatinya dalam tiga hari saja, maka ia akan mati hatinya. Dengan pengajian ini atau tadabbur ayat-ayat Al-Quran adalah memberikan nasihat kepada hati kita. Kita kelak akan menjadi rendah hati dan memasrahkan kehidupan kita kepada Allah SWT. Intinya, kita perlu memperbaiki proses tausiyah atau saling menasihati di kalangan kaum musliman.

Menjawab pertanyaan mengapa derajat orang muslim saat ini secara ekonomi dan ilmu pengetahuan tidak selaras dengan derajat sebagai khalifah di muka bumi. Kita tidak perlu saling menyalahkan kondisi umat sekarang in, tapi perlu memberikan harapan masa depan. Misalnya, kita tidak perlu mencaci maki saudara-saudara muslim kita di daerah gempa yang ternyata menjadi murtad. Kita justeru perlu bergerak terus, mengajak ke arah kebaikan pada mereka, menyampaikan dakwa secara bijak. Setiap dari kita perlu terus berpartisipasi dalam dakwah yang aktif seperti itu. Misalnya, bank syariah, rumah sakit islam dll adalah milik umat, bukan milik pemodal, sehingga perlu terus dimanfaatkan diajak berpartisipasi. Kita perlu tegaskan tentang posisi ini kepada masyarakat luas.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *