Operasi Senyap

Operasi Senyap
Rosdiansyah, Peneliti pada JPIP Network
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Biasanya, lembaga-lembaga intelijen resmi yang melakukan propaganda hitam ini. Sebab, mereka mempunyai perangkat lengkap, termasuk jejaring ke publik. Seperti propaganda hitam mendiskreditkan Saddam Hussein dan Moammar Khaddafi yang dilakukan secara terus-menerus oleh MI5 dan MI6 di Inggris dan NSA di AS. Tujuannya, penggalangan opini publik merusak citra Saddam dan Khaddafi. Persis seperti penggalangan opini yang dilakukan maestro propaganda politik Jerman, Joseph Goebbels.

Di Indonesia, propaganda hitam sangat terlihat saat Ali Moertopo menguasai jagat intelijen (intelligence millieu). Ia tak perlu menggunakan baju resmi menebar operasi senyap. Semua komponen masyarakat disasarnya. Termasuk menebar selebaran gelap mendiskreditkan siapapun yang dianggap berseberangan dari pemerintah. Ia menciptakan stigma pada kelompok atau figur target. Stigma itu lantas disebar ke seantero Indonesia. Tujuannya, menciptakan horor agar publik gampang dikendalikan.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gaya Orde Baru

Pemasangan spanduk mendiskreditkan sosok atau kelompok merupakan gaya Orde Baru. Sarat provokasi, penuh agitasi. Cara ini tampaknya diulangi lagi oleh oknum-oknum pemrakarsa pemasangan spanduk. Mereka berusaha menggiring opini publik agar membenci sosok atau kelompok tertentu yang dianggap telah berseberangan dengan rezim yang berkuasa.

Selain di Jawa Timur, spanduk-spanduk provokatif juga muncul di Aceh dan beberapa daerah lainnya. Ciri-ciri spanduk agitatif sebagai sarana operasi senyap tersebut, tak menyebut nama pemrakarsa. Justru menyebut nama partai yang menjadi targetnya, untuk dibenturkan dengan partai lokal. Konten spanduk gelap itu selalu janggal karena bertentangan dengan nalar sehat publik.

Ala kulli hal, publik sudah terlalu cerdas dan cermat untuk mengetahui aneka kejanggalan serta keanehan di lapangan, begitu muncul fabrikasi isu. Publik spontan mempertanyakannya, bahkan menolak. Publik sudah belajar situasi ini karena selama bertahun-tahun fabrikasi itu berlangsung dan para fabrikan selalu berpikir, bahwa publik masih mudah dikendalikan. Padahak tidak, sebab publik sudah pintar.

Mari satukan Indonesia kembali bersama Anies Baswedan

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *