Waspada! Begini Ramalan Bank Asing Soal Ekonomi RI 2023

Waspada! Begini Ramalan Bank Asing Soal Ekonomi RI 2023 (foto cnbcindonesia)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat di tahun ini, diperkirakan tidak akan berlanjut hingga 2023.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren pertumbuhan di atas 5% sejak kuartal I-2022. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 5%, naik menjadi 5,4% pada kuartal II-2022, dan meningkat menjadi 5,7% pada kuartal III-2022.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pertumbuhan ekonomi yang kuat pada tahun ini, menurut Bank UOB didukung karena adanya pelonggaran aktivitas masyarakat yang stabil, sehingga meningkatkan ekonomi domestik, dan ekspor komoditas yang terus kuat.

Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2022 diperkirakan masih akan didorong dari kinerja ekspor, namun dengan pertumbuhan yang lebih lambat. Karena harga komoditas global diperkirakan akan menurun di tengah meningkatnya ketidakpastian.

“Kami telah merevisi pertumbuhan setahun penuh 2022 menjadi 5,4% dari 4,8% sebelumnya,” jelas UOB dalam laporannya Quarterly Global Outlook Q1 2023, dikutip Senin (5/12/2022).

Pada tahun 2023 ekonomi Indonesia diperkirakan akan dipenuhi ketidakpastian, terutama dari dampak dari kenaikan harga pangan dan bahan bakar yang akan dirasakan oleh rumah tangga dan bisnis.

Ekonomi Indonesia pada tahun depan juga masih dibayangi dengan risiko eksternal di negara maju dan pemulihan ekonomi China yang lebih lemah dari perkiraan.

“Oleh karena itu kami menjaga perkiraan pertumbuhan ekonomi (Indonesia) sebesar 4,8% hingga 5% untuk tahun depan,” jelas UOB.

Pada sektor eksternal Indonesia, neraca transaksi pada kuartal III-2022 mencatat surplus sebesar US$ 4,4 miliar atau 1,3% dari PDB, lebih tinggi dari surplus US$ 4 miliar pada kuartal II-2022 atau 1,2% dari PDB.

Adapun transaksi modal dan finansial mencatat defisit sebesar US$ 6,1 miliar atau 1,8% dari PDB, meningkat lebih lima kali lipat dari defisit sebesar US$ 1,2 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal II-2022.

Permintaan ekspor yang kuat dari mitra dagang utama Indonesia dan harga komoditas global yang tinggi menghasilkan perdagangan barang yang jauh lebih baik, yang pada gilirannya menopang surplus yang lebih kuat pada posisi transaksi berjalan pada kuartal terakhir.

Kinerja transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2022 ditopang oleh investasi langsung, di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

“Kami memperkirakan Indonesia akan mencatat surplus current account sebesar 0,8% dari PDB pada tahun 2022,” jelas UOB. Kemudian defisit current account diperkirakan akan turun menjadi 0,5% dari PDB pada 2023.

Dari sisi inflasi, penyesuaian harga bahan bakar yang lebih tinggi belum memiliki dampak pada keranjang konsumsi, tidak seperti dampak inflasi makanan dan jasa lainnya.

“Dengan demikian, ini berarti bahwa inflasi akan tetap tinggi di bulan-bulan mendatang karena kemungkinan efek lag,” jelas UOB.

UOB memperkirakan inflasi rata-rata 2022 akan mencapai 4,4%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 4,9%. Adapun inflasi kemudian diperkirakan akan turun rata-rata 4% pada tahun depan.

Sementara itu, Bank DBS memilih untuk bersikap netral dalam memandang perekonomian Indonesia, karena diperkirakan ada risiko profit taking di awal tahun 2023 menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden 2024-2029.

Upah minimum yang dinaikan hingga 10% pada tahun 2023 setelah dua tahun tidak mengalami kenaikan, diperkirakan akan tetap tinggi pada tahun pemilihan di tahun 2024.

Oleh karena itu, DBS menyarakan agar perekonomian di dalam negeri juga harus berada dalam kondisi yang baik untuk menghadapi perlambatan atau resesi ekonomi global.

“Perekonomian di dalam negeri harus berada dalam posisi yang lebih baik untuk menghadapi perlambatan atau resesi global, dengan potensi dorongan dari pembukaan kembali China dan pemilihan presiden,” jelas DBS dalam laporan terbarunya.

“Aliran dana keluar dan penurunan harga komoditas menjadi risiko utama yang harus diwaspadai,” kata DBS lagi.

Pembukaan kembali secara bertahap di China, berpotensi menjadi salah satu hal yang menguntungkan untuk ekonomi, terutama yang bersumber dari komoditas logam dan besi.

“Dengan sebagian besar sejumlah komoditas turun dari level tertingginya pada paruh kedua tahun 2022, kami perkiraan harga ini akan kembali normal di tahun 2023, namun tidak kembali ke level sebelum pandemi,” jelas DBS.

Adapun, DBS memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan mencapai 5% (year on year/yoy), melemah dari proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,4$.

Kenaikan tajam pada harga BBM bersubsidi membuat inflasi melampaui targetnya sebesar 2% hingga 4% pada paruh kedua di tahun ini. Dan tingkat inflasi diperkirakan akan meningkat pada paruh pertama tahun 2023 dan akan melemah di paruh kedua.

“Pada paruh pertama 2023 akan melihat cetakan (inflasi) yang lebih tinggi dan pada paruh kedua tahun 2023 akan lebih rendah, karena efek dasar dan limpahan dari second round kenaikan BBM bersubsidi,” jelas DBS.

Sumber: cnbcindonesia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *