Kisah Abu Nawas: Gegara Cium Aroma Masakan, Abu Nawas dipaksa Bayar 100 Dinar ke Abu Jahal

Abu Nawas dipaksa Bayar 100 Dinar ke Abu Jahal
Abu Nawas dipaksa Bayar 100 Dinar ke Abu Jahal. Foto: pesta makanan/unsplash
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



“Baik, saya tidak takut. Ayo kita ke rumah tuan hakim,” tantang Abu Jahal. Maka keduanya pun diantar warga pergi menuju rumah tuan hakim.

“Ada masalah apa ini?” tanya tuan hakim.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Abu Nawas lalu menceritakan secara detail kronologi masalah yang dialami. “Masak sih hanya mencium bau masakan disuruh bayar? Tuan Hakim, ini kan aneh,” kata Abu Nawas heran.

Abu Jahal tidak mau kalah berargumen. “Tuan hakim, bila seseorang mengambil sesuatu milik orang lain, sedangkan orang lain itu tidak ikhlas, bukankah itu namanya mencuri?” tanya Abu Jahal.

“Benar orang tersebut bersalah dan bisa dituntut hukuman,” jawab tuan hakim.

“Nah, begitu juga dengan hamba, tuan hakim. Di rumah hamba sedang memasak makanan lezat, dan Abu Nawas ini telah menghirup aroma masakan yang berasal dari rumah hamba. Sedangkan hamba tidak ikhlas tuan hakim. Bukankah itu termasuk perbuatan mencuri?” tanya Abu Jahal lagi.

“Oleh karena itu, hamba menuntut supaya Abu Nawas membayarnya,” kata Abu Jahal melanjutkan.

“Ada benarnya ucapan Abu Jahal, tapi masak iya hanya gara-gara mencium masakan harus disuruh bayar,” pikir tuan hakim.

Sementara Abu Nawas melihat gelagak tuan hakim yang tampak kebingungan menangani masalah ini. Abu Nawas tahu tuan hakim adalah orang bijak, tapi karena pintarnya Abu Jahal dalam mengolah kata, membuat tuan hakim jadi kebingungan.

“Begini saja tuan hakim, hamba mengaku telah bersalah dan hamba bersedia membayar,” ujar Abu Nawas.

“Tapi Abu Nawas, apa kamu yakin?” tanya tuan hakim merasa tidak tega.

“Iya tuan hakim, hamba tidak keberatan,” jawab Abu Nawas.

“Baiklah. Abu Jahal, berapa Abu Nawas harus membayarmu?” tanya tuan hakim.

“(Sebesar) 100 dinar tuan hakim,” jawab Abu Jahal.

“(Sebanyak) 100 dinar? Yang benar saja kamu!” tanya tuan hakim terkejut.

“Hamba serius tuan hakim. Masakan yang baunya dicium Abu Nawas itu hidangan mahal. Belum lagi koki yang masak sengaja didatangkan dari negeri seberang, bayarannya sangat mahal. Jadi wajar kalau hamba menuntut ganti rugi 100 dinar,” balas Abu Jahal.

“Bagaimana Abu Nawas? Apakah kamu bersedia?” tanya tuan hakim kepada Abu Nawas.

Dengan tersenyum Abu Nawas menjawab, “Hamba bersedia tuan hakim, tapi hamba minta izin mau pulang ke rumah untuk mengambil uang 100 dinar,” pinta Abu Nawas.

Abu Nawas lalu dipersilakan pulang untuk mengambil uangnya.

“Kena kau Abu Nawas, kali ini aku berhasil mengerjaimu dan aku juga mendapatkan uang 100 dinar,” kata Abu Jahal dalam hati penuh kegirangan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *