Rocky Gerung, Kembang Tanjong, dan Abu Thalib

Rocky Gerung dan Kembang Tanjong
Rocky Gerung dan Kembang Tanjong
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Kedatangan dan bahkan tinggal berbulan-bulan berbagai bangsa dan agama dari Eropa, Cina, Timur Tengah, India, dan Nusantara, selama ratusan tahun tidak mungkin berlangsung, kecuali dalam suasana inklusif  dan terbuka.

Kembang Tanjong Refleksi Inklusif

Kembang Tanjong, Pidie, adalah salah satu kawasan inti di Pidie yang merupakan “produsen” cukup banyak pengusaha sukses, intelektual, dan tokoh politik.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Masyarakatnya adalah perantau tangguh yang tersebar di berbagai kota di Aceh, Medan, Jakarta, Malaysia, dan berbagai tempat lainnya di Nusantara.

Dari gambaran itu saja, sudah terbukti bahwa komunitas Kembang Tanjong, apalagi seperti komunitas yang sudah berbaur dengan “kultur urban” Jakarta, adalah refleksi inklusif dan masyarakat terbuka.

Mungkin, pertimbangan  komuntas itu mengundang Rocky Gerung, tidak hanya karena ia kritis dan populer, akan tetapi, lebih karena ia menguasai dan memahami Islam dalam konteks mua’malah yang cukup memadai.

Disamping itu ia juga mampu menyampaikan pikirannya kepada hadirin dengan gurih, renyah, sekaligus sangat mencerahkan.

Yang paling unik dari Rocky Gerung adalah ia selalu tak habis bahan  untuk menjelaskan berbagai fenomena yang sangat sering bahkan selalu bertabrakan dengan persepektif kekuasaan.

Bagi yang tidak pernah tahu sama sekali tentang Rocky Gerung, dan pertama kali mendengarnya di acara itu, pasti individu yang bersangkutan  tidak akan berani mengatakan, kalau Rocky Gerung pada acara itu bukan muslim.

Wawasan dan narasi yang disampaikan Rocky Gerung menunjukkan bahwa kedalaman pengetahuannya mengenai Islam untuk seorang nonmuslim mempunyai kadar yang tidak biasa.

Apalagi, walaupun ia seorang filosof, semua paparannya disampaikan bukan dalam bahasa filsafat, namun dengan logika biasa dan bahasa rakyat yang sederhana.

Dari penampilan video, nampaknya pemuka masyarakat Kembang Tanjong dan Rocky Gerung sudah terlebih dahulu TST-tahu sama tahu-, bahwa Rocky Gerung tidak akan masuk ke wilayah aqidah, namun ia akan membahas peringatan kelahiran Rasul itu dari segi ‘mu’amalah.

Dan memang itulah persis yang dia lakukan.

Menurut berita, untuk menjaga kesakralan acara Maulid, panitia mempersilakan Rocky memberikan paparannya setelah acara resmi maulid, yang ditutup dengan doa.

Rocky Gerung memulai paparannya dengan menyitir salah satu jantung konsep Islam tentang masyarakat madani, seperti yang dicetuskan Rasul dalam piagam Madinah.

Konsep islam tentang kehidupan negara kebangsaan dalam keberagaman yang diajukan oleh Rasul itu adalah salah satu teks tertulis paling awal dalam sejarah peradaban dan kehidupan bernegara.

Rocky masuk ke jantung konsepsi Islam tentang kebebasan, kemerdekaan ekonomi, dan kewajiban warga negara.

Rocky Gerung membahas tentang Nabi Muhammad SAW dalam perspektif multidimensi; politisi, negarawan, dan bahkan pemimpin dunia.

Ia dengan sangat ringkas mengklaim Islam sebagai agama langit edisi terakhir yang telah final, sehingga tak ada lagi interprestasi setelah itu.

Ia menguraukan tentang konsep jihad yang sebenarnya, dan bahkan menuding kekuasaan yang telah mengubah narasi jihad sebagai kekerasan.

Ia menguraikan kesetaraan dengan memukau, dan ia juga melihat konsep keadilan sosial Islam sebagai sebuah alternatif terhadap keadaan ketimpangan ekonomi dunia saat ini yang sangat parah.

Rocky Gerung tidak membaca ayat Alquran, apalagi hadis, tetapi  apapun yang diuraikan tentang dimensi horizontal ajaran Islam, semuanya berakar dari pemahamannya yang dalam tentang isi Alquran dan Sunnah Rasul.

Ia bahkan menyitir perintah baca,-iqra, sebagai perintah paling awal kepada ummat manusia untuk dapat menjalani hidup dengan sempurna.

Banyak orang tidak tahu Rocky Gerung pernah “nyantri” belajar filsafat agama Islam pada seorang akademisi, intelektual Islam mumpuni.

Ia menghabiskan waktu empat semester belajar filsafat Islam pada almarhum Profesor Harun Nasution, pada awal delapan puluhan.

Harun Nasution adalah rektor IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta pada tahun tujuhpuluhan.

Layak Dihargai

Inovasi dakwah yang dilakukan oleh masyarakat Kembang Tanjong di Jakarta dengan mengundang pembicara non-muslim, namun tahu banyak tentang isu-isu keislaman dalam kaitannya dengan kehidupan kebangsaan hari ini, sangat layak untuk dihargai.

Disadari atau tidak masyarakat Kembang Tanjong di Jakarta telah mengakui dan memberi penghargaan kepada seorang intelektual publik terkemuka dengan cara yang unik.

Dalam pandangan ummat yang lebih luas, masyarakat Kembang Tanjong telah menunaikan sebuah “fardhu kifayah” penghargaan ummat Islam Nusantara yang merupakan fans berat Rocky Gerung yang sering dianggap membela ummat Islam.

Rocky Gerung misalnya mengecam keras terhadap berbagai serangan yang menyudutkan Islam, baik terhadap pemikiran maupun terhadap tokoh-tokoh Islam.

Dalam hal radikalisme, Rocky Gerung berdiri paling depan dalam melihat posisi pemerintah.

Ia menengarai kekuasaan sangat berlebihan dalam pemberian label radikalisme agama, dalam hal ini agama Islam, dan bahkan seolah jauh lebih berbahaya dari PKI.

Tidak berhenti di situ ia juga melihat banyak kebijakan negara yang cenderung menyudutkan ummat Islam.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *