Rocky Gerung, Kembang Tanjong, dan Abu Thalib

Rocky Gerung dan Kembang Tanjong
Rocky Gerung dan Kembang Tanjong
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Rocky Gerung sama sekali tidak takut dirinya dituduh bersimpati bahkan dekat dengan gerakan 212.

Ia melihat gerakan 212 sebagai sebuah roh yang jujur dan bukanlah soal simbol perlawanan Islam.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Gerakan 212 menurutnya, lebih kepada simbol proklamasi perlawanan ketidakadilan di negara ini.

Ia mengingatkan kekuasaan gerakan 212 adalah sebuah “teks sosial” yang harus dibaca Jokowi agar ia tidak menjadi corong islamophobia global dan kedunguan lokal yang tak terperikan.

Tentang penangkapan dan hukuman terhadap Habib Rizieq Shihab-HRS, kasus hasil swab RS Ummi, dengan delik keonaran, Rocky bersuara sangat keras, dan bahkan melebihi suara tokoh-tokoh Islam sekalipun.

Ia menuduh awal kasus HRS tidak lain karena ia menolak uang dan jabatan.

Akibatnya HRS dijadikan target.

Tak kurang menurut Rocky Gerung, ada kaitan tuduhan dan vonis terhadap HRS dengan kutipan ucapannya “algoritma dari bahasa pemerintah atau Presiden Jokowi mengaktifkan aparat mengurusi Habib Rizieq”.

Dengan tegas Rocky Gerung mengatakan bahwa tuduhan dan vonis terhadap HRS adalah penegasan bahwa ia adalah target politik istana.

Inilah yang membuat  penegakan hukum tidak lagi berada di ruang publik, tetapi hanya ada di ruang peradilan.

Rocky Gerung secara blak-blakan menuduh Cokro TV sebagai alat pemerintah oligarki sebagai instrumen untuk menakut nakuti kelompok minoritas.

Hal itu dilakukan dengan kampanye berkelanjutan tentang Islam radikal dan fundamentalis.

Cokro TV menurut Rocky Gerung sudah menjadikan agama sebagai komoditi bisnis.

Saluran TV ini dalam pandangan Rocky tak lebih sebagai provokator, penyebar islamophobia, dan bahkan beberapa pengasuh acara di saluran TV itu adalah “buzzer” pemerintah yang sedang berkuasa.

Kalaulah benar penggemar Rocky Gerung, terutama ummat Islam, baik di Aceh maupun secara nasional yang melihat ia sebagai pembela Islam, apa respons Rocky Gerung terhadap anggapan itu?

Dengan lugas ia mengatakan ia membeli perspektif Islam tentang kebenaran, kesetaraan, dan keadilan.

Ia menganggap ada sebuah ketidakadilan pemerintah terhadap ummat Islam yang telah dan sedang berjalan.

Karenanya sebagai warga negara, ia terpanggil untuk membela saudara-saudara sebangsa dan senegaranya, mayoritas ummat Islam.

Ada anggapan seolah Rocky Gerung telah masuk Islam, bahkan pendakwah dan model Neno Warisman telah mempersiapkan nama awal Muhammad kepadanya jika satu hari ia menjadi mualaf.

Rocky Gerung menanggapi santai tentang hal itu, dan ia tak mau berdiskusi soal keyakinan.

Dalam hal muamalah katanya, ada ruang debat yang terbuka lebar, sedangkan dalam hal keyakinan itu adalah wilayah pribadi.

Iman, hidayah, bahkan panggilan Tuhan menurut filosof itu adalah sesuatu yang sakral-didengar sekaligus dijawab oleh nurani.

Karena itu misterius, hal itu boleh saja menjadi milik pribadi individu yang bersangkutan, tanpa diketahui publik.

Untuk banyak pihak, statemen ini memang bernuansa liberal, namun Rocky dalam sebuah kesempatan segera menimpali dengan mengutip Surat Al-Fajr Ayat 14-Inna rabbaka mirshaad-(sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi).

Kafir Dzimmi Wajib Dilundingi

Segera setelah video Rocky Gerung di acara Maulid komunitas Kembang Tanjong di Jakarta, saya berdiskusi dengan beberapa ulama milenial Aceh via Whatsapp.

Semuanya bersepakat bahwa jika benar ia bukan pemeluk Islam, Rocky Gerung adalah kafir dzimmi, yakni golongan non-muslim yang hidup rukun dan damai dengan ummat Islam.

Dengan begitu ia wajib dilindungi oleh kaum muslimin.

Namun menariknya, ketika diskusi mengarah kepada contoh sejarah, seseorang secara seloro memberi gelar Rocky Gerung sebagai “Abu Thalib kontemporer” Indonesia, dan semua peserta WA group itu gerrr.

Pembicaraan humor, namun substantif itu mengingatkan kepada sosok Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW yang menurut banyak riwayat tak pernah berhenti membela dakwah Rasul, namun ia tetap tidak mau masuk Islam sampai akhir hayatnya.

Ketika diskusi WA group itu akan selesai seseorang nyelutuk singkat dengan mengajukan pertanyaan, ‘kalau Rocky Gerung itu Abu Thalib kontemporer, lalu siapa Abu Jahal dan Abu Lahab kontemporer”?.

Suasana hening, kemudian gerrr lagi sejenak.

Diskusi tak berlanjut, karena host acara telah mematikan Zoom.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *