Waduh! IMF & Bank Dunia Cs Bawa Kabar Buruk Soal Ekonomi RI

Ilustrasi cnbcindonesia
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Situasi ekonomi dunia hingga 2023 digambarkan dengan situasi ‘awan gelap’ karena tingginya ketidakpastian. Namun masih ada kabar baik dari perekonomian Indonesia pada tahun ini.

Kendati demikian, empat lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan Indonesia masih cukup positif pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 secara tahunan (year on year/yoy) diperkirakan pada rentang 4,7% hingga 5%.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Agar Indonesia memiliki pertumbuhan yang kuat pada 2023, sejumlah lembaga internasional menyarankan perlu kiranya Indonesia mengelola tantangan eksternal dengan baik, kebijakan yang hati-hati adalah kunci.

Defisit APBN 2023 yang ditargetkan kurang dari 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau tepatnya 2,84% dari PDB, setara Rp 598,2 triliun. Mengembalikan defisit anggarannya ke tingkat sebelum krisis.

Hal tersebut dinilai oleh sejumlah lembaga internasional sebagai langkah yang baik, sebab defisit anggaran yang lebih kecil akan membantu menjaga inflasi tetap rendah dan posisi utang yang lebih baik.

Artinya, pemerintah memiliki banyak ruang untuk bisa merespons, jika sewaktu-waktu terjadi kondisi yang memburuk. Juga membangun kredibilitas Indonesia di mata investor, baik nasional dan internasional.

Berikut proyeksi ekonomi Indonesia pada 2023 menurut empat lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

IMF menilai, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, sehingga mampu menghadapi gejolak ekonomi global dengan baik. Perekonomian Indonesia relatif lebih baik daripada negara-negara lain.

Indonesia diyakini akan melewati tahun dengan dengan posisi yang jauh lebih kuat daripada negara lain. IMF mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Namun, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,2% menjadi 5% pada 2023.

Pertumbuhan 5% tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 1,6% pada 2022 dan turun menjadi 1% pada 2023.

Kemudian, China yang diyakini hanya akan tumbuh 3,2% pada 2022 dan 4,4% pada 2023.

Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department, IMF Cheng Hoon Lim membenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain.

“Indonesia sangat beruntung mendapatkan keuntungan dari tingginya harga komoditas dan kuatnya permintaan eksternal,” ujar Lim dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Oktober 2022, dikutip Minggu (1/1/2023).

Harga komoditas global memang tengah melemah, tetapi Lim melihat beberapa di antaranya, batu bara dan CPO, tetap berada dalam level yang tinggi.

“Tingginya harga komoditas mengalami moderasi dalam dua bulan terakhir, tetapi harga tersebut masih dalam level yang terangkat. Oleh karena itu, Indonesia akan terus menerima manfaat dari ekspor produk-produk tersebut.” papar Lim.

IMF juga mewanti-wanti adanya risiko yang bisa mengerek inflasi lebih tinggi tahun depan, terutama di sektor energi dan pangan.

Harga energi akan tetap sangat sensitif terhadap perang di Ukraina dan potensi konflik geopolitik lainnya.

Peristiwa cuaca ekstrem bisa merusak pasokan pangan global, hingga mengerek harga bahan makanan pokok dan membawa konsekuensi mengerikan bagi negara-negara miskin.

Bank Dunia Ramal Ekonomi Indonesia 2023 Tumbuh 4,8%

World Bank atau Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023, dari 5,1% (year on year/yoy) menjadi 4,8%.

Rilis Bank Dunia edisi Desember 2022, memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada 2022, kemudian sedikit melambat menjadi 4,8% pada 2023, kemudian 4,9% pada 2024, dan naik menjadi 5% pada 2025.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen, mengungkapkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,2% pada 2022 didorong adanya pembukaan kembali perekonomian pasca Covid-19 dan kenaikan harga komoditas.

“Dengan pertumbuhan yang diharapkan dapat dipertahankan rata-rata sebesar 4,9% dalam jangka menengah (2023-2025),” ujar Kahkonen dalam siaran resminya yang dirilis pertengahan Desember 2022, dikutip Ahad (1/1/2023).

Sementara itu, inflasi Indonesia diproyeksikan mencapai 4,2% pada 2022, meningkat menjadi 4,5% pada 2023, dan turun menjadi 3,6% pada 2024, serta menjadi 3,4% pada 2025.

Adapun defisit fiskal diperkirakan tetap di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023.

Kahkonen menyebut, permintaan global yang lebih lemah, arus modal keluar dan tekanan mata uang data memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih intensif.

Bank Dunia menyarankan agar program jaring pengaman sosial dapat diperluas untuk menciptakan jaminan perlindungan bagi masyarakat hingga level terbawah.

“Sistem perlindungan sosial masa depan harus dapat diakses oleh semua orang Indonesia, terlepas dari di mana dan bagaimana mereka mencari nafkah,” jelas Kahkonen.

ADB Pangkas Ekonomi Indonesia Menjadi 4,8% pada 2023

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 akan tumbuh sebesar 4,8% (year on year), lebih rendah dari perkiraan awal yang sebesar 5%.

Mengutip laporan Asian Development Outlook edisi Desember 2022, dikutip Minggu (1/1/2023), laju ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mampu terjaga pada kisaran 5,4% (yoy) di tengah volatilitas ekonomi global.

Kendati demikian, pelemahan yang terjadi di negara-negara maju, membuat ADB memproyeksikan pertumbuhan di tanah air akan melambat.

“PDB riil tumbuh tinggi mencapai 5,7% pada kuartal III-2022. Namun, hambatan-hambatan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi 2023 menjadi sebesar 4,8%,” tulis ADB dalam laporannya.

Konsumsi rumah tangga masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Ekspor diperkirakan akan melambat seiring dengan melemahnya ekonomi negara-negara maju.

Pengetatan kebijakan fiskal melalui pengurangan defisit anggaran dan kebijakan moneter dalam bentuk kenaikan suku bunga acuan, juga menekan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023.

Adapun inflasi Indonesia pada tahun ini masih akan mencapai 5%, lebih tinggi dari asumsi pemerintah pada APBN 2023 dan target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3,6%.

Adapun inflasi Indonesia pada tahun ini masih akan mencapai 5%, lebih tinggi dari asumsi pemerintah pada APBN 2023 dan target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3,6%.

Kendati demikian, ADB mengungkapkan inflasi dapat ditahan pada level 5% karena ketersediaan pasokan pangan, ekspektasi inflasi yang relatif stabil, dan kebijakan peningkatan suku bunga acuan oleh BI.

 

OECD Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,7% pada 2023

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam publikasi OECD Economic Outlook memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7% pada 2023, turun dari proyeksi awal yang sebesar 4,8%.

Proyeksi penurunan pertumbuhan OECD tersebut diperkirakan karena, adanya permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi di sektor swasta yang tertahan di tengah inflasi yang masih akan tinggi.

Selain bayangan inflasi, perekonomian domestik tahun depan juga masih dibayangi persoalan global terkait energi, pupuk dan pangan. Munculnya dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden pada 2024 juga akan mulai terasa pada tahun depan.

Kendati demikian, investasi berupa belanja modal, menurut OECD masih akan meningkat secara signifikan. Begitu juga dengan permintaan komoditas ekspor yang diproyeksikan tetap akan tinggi.

Adanya keuntungan harga komoditas dan arus masuk modal yang masih kuat membantu Indonesia untuk melawan ketidakpastian global yang kuat.

Menurut OECD, Indonesia juga masih akan menarik di mata investor, karena langkah pemerintah dalam menstabilkan makroekonomi dan peningkatan reformasi struktural.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini, juga akan dibayangi oleh risiko gesekan sosial yang timbul akibat Pemilu 2024.

Instabilitas menjelang dan saat pemilu berpotensi mendistorsi persepsi investor terhadap kekuatan ekonomi Indonesia.

OECD juga menilai ada sejumlah risiko yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.

“Kebijakan moneter harus tetap ketat, sementara dukungan untuk rumah tangga rentan harus tetap terjaga,” jelas OECD menyarankan dalam OECD Economic Outlook edisi November 2022, dikutip Ahad (1/1/2023).

Sumber: cnbcindonesia

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *