Kisah Abu Nawas: Bisa Tahu Warna Angin, Gubernur Sampai Tertawa Terbahak-Bahak

Kisah Abu Nawas: Bisa Tahu Warna Angin
Kisah Abu Nawas: Bisa Tahu Warna Angin. Foto: wind/unsplash
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – DIKISAHKAN Baginda Raja menunjuk kawannya untuk menjabat sebagai gubernur di kota tempat tinggal Abu Nawas. Tapi sayangnya orang yang ditunjuk ini menyalahgunakan jabatannya. Ia sewenang-wenang memerintahkan para prajurit menangkap para sastrawan yang dianggap pintar.

Setelah beberapa sastrawan ditangkap, mereka dihadapkan kepada gubernur yang baru tersebut. Satu per satu di antara mereka ditanya oleh sang gubernur.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Menurutmu, aku gubernur yang adil atau zalim?” tanya sang gubernur kepada para sastrawan, dikutip dari kanal YouTube Juha Official, Jumat (6/1/2023).

Sastrawan pertama menjawab, “Anda adalah gubernur yang zalim.”

Sang gubernur terperanjat dengan jawaban tersebut. “Apa alasanmu?” tanya balik gubernur.

“Karena Anda telah menangkap kami tanpa sebab,” jawab sastrawan pertama.

“Prajurit, masukkan dia ke penjara. Besok dia akan dihukum mati,” ucap sang gubernur.

Sastrawan berikutnya dipanggil dan diberi pertanyaan yang sama. “Menurutmu, aku gubernur yang adil atau zalim?” tanya gubernur.

“Tuanku adalah gubernur yang adil,” jawab sastrawan kedua.

“Apa alasanmu?” tanya gubernur kembali.

“Karena tuanku sangat memperhatikan rakyat,” jawab sastrawan tersebut.

“Kau pembohong. Prajurit, masukkan dia ke penjara, besok hukum mati,” ujar gubernur.

Begitulah seterusnya apabila dijawab adil ataupun zalim, sang gubernur tetap memberikan hukuman mati.

Kemudian beberapa sastrawan yang belum tertangkap mendatangi rumah Abu Nawas. “Tolonglah kami, Abu Nawas. Beberapa kawan kami dijatuhi hukuman mati,” kata para sastrawan penuh khawatir.

Abu Nawas terkejut mendengarnya. “Kenapa gubernur melakukan hal itu? Bagaimana ceritanya?” tanyanya heran.

“Kami sendiri tidak tahu, Abu Nawas. Tanpa sebab, gubernur yang baru itu menanggapi para sastrawan di kota kita lalu mereka ditanya satu per satu: ‘Apakah dia gubernur yang adil atau zalim?’ Bila jawabannya zalim maka akan dihukum mati. Jika jawabannya adil juga tetap dihukum mati,” kata mereka menjelaskan.

“Pasti gubernur sakit. Dia sudah tidak waras,” ucap Abu Nawas.

“Itulah kenapa kami ke sini, Abu Nawas. Kami mendatangimu agar kau menyelamatkan kawan-kawan kami, sebab rencananya besok mereka akan dihukum mati,” tutur para sastrawan.

“Baiklah, aku akan ke istana gubernur. Sekarang juga kalian pulanglah,” ucap Abu Nawas.

Sesampainya di sana, Abu Nawas langsung menghadap gubernur. Melihat kehadiran Abu Nawas, gubernur langsung emosi. “Ngapain kau datang ke istanaku,” tanya dia.

“Aku mendengar kabar Anda menyuruh beberapa prajurit menangkapi para sastrawan pintar di kota ini, tapi kenapa aku tidak ditangkap? Aku sangat tersinggung,” jawab Abu Nawas.

“Oh, jadi kau menganggap dirimu bagian dari mereka,” tanya gubernur.

“Tentu saja masyarakat di kota ini tahu siapa aku. Aku adalah sastrawan terpandai di kota ini,” balas Abu Nawas.

“Baiklah, algojo tangkap Abu Nawas dan penggal lehernya,” perintah gubernur.

“Tunggu dulu. Sebelum leherku dipenggal, perintahkan algojomu agar jangan sampai merusak rambutku, sebab aku baru saja keluar dari tukang cukur,” timpal Abu Nawas.

Mendengar itu, gubernur langsung tertawa. “Itulah jiwa kesatria yang aku kagumi darimu. Aku mengampunimu, Abu Nawas,” kata gubernur.

“Bolehkah aku meminta satu permintaan?” tanya Abu Nawas.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *