Kisah Sang Ahli Ibadah yang Dilarang Masuk Surga karena Hal Sepele

Ahli Ibadah yang Dilarang Masuk Surga karena Hal Sepele
Ahli Ibadah yang Dilarang Masuk Surga karena Hal Sepele
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Ada seorang pemuda yang bertaubat dan menjadi ahli ibadah selama puluhan tahun. Namun, ia terhalang masuk surga karena hal-hal yang tampak sepele di mata manusia.
Kisah ini diceritakan oleh salah seorang Tabi’in bernama Wahab bin Munabbih dan dikutip oleh Ahmad Izzan dalam bukunya Laa Taghtarr Jangan Terbuai.

Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda yang bertobat dari segala keburukannya. Kemudian ia menjadi seorang ahli ibadah dan menyembah kepada Allah SWT selama 70 tahun. Selama periode ini dia tidak meninggalkan puasa, tidak tidur, tidak bersembunyi di tempat teduh dan tidak makan lemak.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ketika dia meninggal, beberapa kerabatnya bermimpi tentang dia. Dalam mimpinya mereka bertanya kepadanya apa yang telah dilakukan Tuhan kepadanya.

Lelaki ahli ibadah tersebut menjawab, “Hisablah hamba! Kemudian Allah mengampuni semua dosaku, kecuali satu dosa, yaitu aku telah mengambil lidi yang kugunakan untuk menusuk gigiku tanpa seizin pemiliknya. Karena itu, di sini aku tertahan dari surga karenanya, hingga sekarang ini.”

Kisah serupa juga dialami oleh seorang juru timbang. Al-Harits al-Muhasibi, tokoh sufi yang hidup sezaman dengan Imam Ahmad, menceritakan, ada seorang juru timbang yang bertobat dari kecurangannya dalam menimbang. Kemudian, ia berbalik menjadi seorang ahli ibadah kepada Allah SWT.

Ketika ia meninggal dunia, beberapa sahabatnya bertemu dengannya dalam mimpi. Mereka bertanya kepadanya, “Apa yang diperbuat oleh Tuhanmu, hai Fulan?”

Ia menjawab, “Aku menghitung lima belas qafis (sejenis takaran) dari bermacam-macam biji-bijian.”

Para sahabatnya bertanya, “Mengapa demikian?”

Ia menjawab, “Aku tidak memedulikan takaran yang kurang karena bercampur debu. Tanah yang menggumpal di dasar takaran itu mengurangi setiap takaran sebanyak tanah yang menempel itu. Itu membuatku disiksa di kubur hingga suaraku terdengar oleh orang lain. Lalu aku ditolong oleh sebagian yang saleh.”

Ulama hadits yang hidup pada masa Dinasti Abbasiyah, Sufyan ats-Tsauri pernah berkata, “Menemui Allah dengan tujuh puluh dosa antara kamu dan Dia lebih ringan bagi kamu daripada menemui Dia dengan satu dosa antara kamu dan manusia.”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *