Neraca Dagang Diprediksi Ambruk, Sinyal Ekonomi Memburuk?

Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Surplus neraca perdagangan diperkirakan menyusut sangat dalam pada Desember 2022. Pelemahan ini sejalan dengan perlambatan ekonomi global.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2022 sebesar US$ 3,92 miliar. Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan November 2022 yang mencapai US$ 5,16 miliar.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Jika prakiraan tersebut menjadi kenyataan maka surplus pada Desember 2022 akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022. Sebagai catatan, Indonesia melarang ekspor CPO pada bulan tersebut.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 6,6% (year on year/yoy) sementara impor ambruk 3,1%.

Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 32 bulan beruntun. Sebagai catatan, nilai ekspor November 2022 mencapai US$ 24,12 miliar atau naik 5,6% (yoy). Impor tercatat US$ 18,96 miliar atau melandai 1,89% (yoy).

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Desember 2022 pada Senin (16/1/2023).

Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution menjelaskan ekspor akan melambat seiring dengan aktivitas ekonomi di negara mitra dagang utama.

Sebagai catatan, PMI Manufaktur China melandai ke 49 pada Desember dari 49,4 pada November 2022. Artinya, PMI Tiongkok sudah terkontraksi selama lima bulan beruntun.

Nilai Ekspor dan Surplus RI (US$ Miliar)

China juga melaporkan penurunan impor sebesar 7,5% (mtm) pada Desember 2022. Melandainya impor China menunjukkan jika permintaan mereka tengah melemah.

Sementara itu, PMI Jepang juga melandai ke 48,9 pada Desember 2022, terendah dalam dua tahun lebih. PMI Amerika Serikat (AS) melandai ke 47 pada Desember 2022, terendah sejak Mei 2020.

“Potensi resesi di sejumlah negara maju berpotensi memperlambat permintaan ekspor dalam jangka pendek,” tutur Damhuri, kepada CNBC Indonesia.

Sejumlah lembaga/institusi memproyeksi AS dan kawasan Eropa akan memasuki resesi pada tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memproyeksi sepertiga ekonomi dunia akan masuk ke jurang resesi.

 

Proyeksi Neraca Perdagangan Desember 2022 (US$ Miliar)

 

Damhuri menjelaskan indeks harga komoditas ekspor Indonesia sebenarnya naik 10,8% (month to month/mtm) dan melonjak 83,6% (yoy). Namun, ada penurunan volume pemesanan yang membuat ekspor melandai.

Berdasarkan catatan Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada Desember 2022 tercatat US$ 379 per ton, lebih tinggi dibandingkan harga November yakni US$ 3490,2 per ton.

Rata-rata harga minyak sawit mentah pada Desember 2022 ada di kisaran MYR 3.966,86 per ton, turun dibandingkan pada November 2022 yang tercatat MYR 4.170,3 per ton.

“Ekspor menurun akibat koreksi harga komoditas dan perlambatan ekonomi global,” ujar ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.

Harga CPO (MYR/Ton)

Bila ekspor melandai, kinerja impor bahkan lebih buruk. Impor pada Desember 2022 diperkirakan akan mengalami kontraksi. Jika perkiraan tersebut menjadi kenyataan maka impor akan terkontraksi selama dua bulan beruntun.

Secara historis, impor memang kerap melemah pada Desember 2022. Pasalnya, produsen dalam negeri sudah meningkatkan pemesanan buat persiapan akhir tahun pada Oktober-November.

Damhuri menjelaskan salah satu faktor terkontraksinya impor adalah anjloknya harga minyak minyak mentah.

Impor minyak pada Januari-November 2022 menembus US$ 32,68 miliar atau 15% dari total impor Indonesia. Dengan kontribusi yang sangat besar maka pergerakan harga minyak akan berdampak besar terhadap impor secara signifikan.

 

Harga Batu Bara dan Minyak Mentah Brent (US$/Ton)

Berdasarkan data Refinitiv, rata-rata harga minyak mentah brent ada kisaran US$ 81,34 per barel pada Desember 2022 sementara pada November mencapai US$ 90, 85 per barel.

“Kenaikan suku bunga acuan dan kontraksi PMI manufaktur sejumlah negara maju menjadi sentimen penekan harga minyak,” imbuh Damhuri.(cnbc)

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *