Pelajaran Besar dari Pidato Anwar Ibrahim

Pelajaran Besar dari Pidato Anwar Ibrahim
Hudiyo Firmanto, dosen di salah satu perguruan tinggi swasta Surabaya, pemerhati masalah-sosial kemasyarakatan.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Menyimak semua penyampaiannya, rasanya seperti aliran air mengalir melalui kerongkongan, menghapus dahaga akan harapan, motivasi, dan inspirasi yang tidak bisa didapat dari pemimpin negeri sendiri. Sungguh pemaparan yang classy, berkelas. Dalam bayangan saya, tergambar pemimpin yang rendah hati, tulus, dan sangat menjunjung nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.

Pidato Megawati

Pikiran saya menerawang, mengenang saat beberapa jam sebelumnya saya menyimak pidato seorang pemimpin partai di Republik ini. “Kalau saya mau selfie, pasti pengikutku okeh, kenapa: satu, perempuan; dua, cantik; tiga, karismatik; empat, opo eneh? Pintar. Oo aku tahu-tahu ketiban profesor saja dua. Opo neh, Doctor Honoris Causa, lima.”

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Itu adalah sepenggal kalimat di pidato Megawati yang saya dengar. Diucapkan di depan Presiden, Wakil Presiden, para menteri, dan para kader partai serta ditayangkan di televisi.

Saya teringat lagi pidato Dato Seri Anwar Ibrahim, waktu mencoba memberi excuse karena menyitir banyak pandangan pakar dan tokoh-tokoh. Dato Anwar menyebut, kalau ada yang bilang beliau bijak, ini karena membaca ribuan buku selama di penjara, sebab tidak ada pekerjaan lain. Itu yang membuatnya bisa banyak menukil pemikiran para tokoh. Ungkapan yang penuh nuansa kerendahhatian.

Sampai saya menulis ini, sudah berjalan empat kali saya mengulang-ulang menyimak pemaparan beliau. Belum bosan. Di tengah-tengah saya menulis ini, beberapa saat saya harus terhenti, menahan air yang menggenang di mata. Terutama saat beliau menyebut: ”Ultimately, accountability itu adalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Tak terbayang bagi saya, seorang Perdana Menteri mengucapkan kalimat itu.

Keesokan harinya, selepas shalat Subuh, istri dan anak sulung saya, sempat saya ajak menyimak juga. Setelahnya, kami bertiga sempat berbincang. Saat saya singgung tentang pidato di HUT salah satu partai besar di Indonesia, anak kami mengatakan: “Itu Pa, kira-kira seperti menonton sepak bola piala dunia dan sepakbola Liga 1 Indonesia.”

Orang yang membaca tulisan ini mungkin akan mengira saya seperti kebanyakan orang Indonesia, suka memuji negara lain, dan merendahkan negerinya sendiri. Mungkin Anda juga berpikiran begitu. Sekiranya demikian, silakan menyimak sendiri, pidato Perdana Menteri Malaysia melalui tautan https://www.youtube.com/watch?v=fD5bULssTBI dan Pidato Ketua Umum PDIP melalui Youtube Kompas TV https://www.youtube.com/watch?v=Odaua9NL5eg. Pesan saya sebelum Anda menyimaknya, meminjam syair lagunya Farel Prayoga: “ojo dibanding-bandingke!”

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *