Kisah Lucu Abu Nawas: Raja Kerjai Laki-Laki Pelit sampai Menangis Merengek

Raja Kerjai Laki-Laki Pelit
Raja Kerjai Laki-Laki Pelit. Foto: ilustrasi
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – CERITA lucu Abu Nawas kali ini bermula dari adanya seorang laki-laki yang sangat pelit sekali. Ia selalu memikirkan cara terbaik agar tidak terlihat memiliki banyak harta, sehingga orang-orang di sekitarnya tak akan meminta apa pun darinya meskipun sedikit.

Hingga pada suatu hari ia berkeliling ke desa-desa tetangga. Di pemberhentian terakhir, dia menemukan desa yang mana semua penduduknya suka menolong dan dermawan. Lalu laki-laki pelit ini berpura-pura menjadi orang yang sangat miskin, tujuannya agar para penduduk desa iba kepadanya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tanpa menaruh curiga, warga pun memberikan santunan banyak sekali, mulai makanan, uang, hingga baju. Kesempatan ini lalu ia manfaatkan untuk menimbun harta dan kekayaan.

“Kalau begini caranya, aku bisa kaya tanpa harus bekerja,” pikir si laki-laki pelit itu kegirangan, seperti dikutip dari kanal YouTube Humor Sufi Official, Sabtu (21/1/2023).

Akhirnya laki-laki pelit ini memutuskan menjadi pengemis. Setiap hari yang ia lakukan mendatangi rumah-rumah warga untuk meminta-minta. Dikarenakan baju yang dia pakai compang-camping, tentu membuat para warga simpati dan kasihan.

Hasil yang ia dapatkan dari mengemis cukup fantastis. Tapi akibat seringnya berbohong untuk mendapat bantuan, akhirnya kedok si laki-laki pelit itu ketauan oleh salah satu penduduk desa.

Kala itu ada seorang warga yang tidak sengaja melewati rumah laki-laki pelit ini. Dia terlihat memakai baju yang indah, masuk ke rumah sambil membawa harta hasil dari mengemis.

Tak lama kemudian si laki-laki kembali keluar berganti mengenakan pakaian compang-camping. Dia lalu melakukan aksi mengemis ke setiap rumah warga. Ia tidak menyadari bahwa aksinya kali ini sedang dipantau salah satu warga desa.

Kabar tentang kebohongan si laki-laki pelit itu akhirnya beredar di masyarakat. Para penduduk desa kini tidak lagi memedulikannya apabila si laki-laki tersebut datang mengemis.

Para warga terus saja melanjutkan aktivitasnya, mengacuhkan, dan tangisan palsu si laki-laki pengemis. Terlebih lagi saat mereka mengetahui apa yang dilakukan laki-laki itu dengan pemberian susu dan madu dari warga, karena ternyata diam-diam ia menimbunnya dan tak mau sedikit pun berbagi dengan tetangga sebelah.

Tidak hanya menimbun susu dan madu, pria tersebut juga menimbun uang dan harta hasil mengemisnya di dalam tanah di bawah rumahnya. Tujuannya supaya tidak ada seorang pun yang tahu.

Sementara itu di sebuah istana megah, Baginda Raja terlihat sedang mengobrol asyik dengan Abu Nawas.

“Aku dengar kabar katanya di seberang sana ada desa yang hampir semua penduduknya dermawan. Apa betul Abu Nawas?” tanya Baginda Raja di sela-sela obrolannya.

“Hamba sendiri belum tahu pasti Paduka, karena belum pernah ke sana. Tapi yang hamba dengar memang demikian adanya,” sahut Abu Nawas.

Baginda Raja pun menjadi penasaran dan terbesit keinginan untuk meninjau desa tersebut. “Apa perlu hamba temani Paduka?” tanya Abu Nawas.

“Tidak usah. Aku ingin melakukannya sendiri tanpa didampingi siapa pun,” balas Baginda Raja.

Keesokan harinya Baginda Raja segera memulai perjalanan. Ia berangkat dengan pakaian biasa dan tanpa seorang pun yang mendampingi. Tujuannya agar tidak diketahui identitasnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Baginda Raja belum juga menemukan desa tersebut. Nahasnya Baginda Raja lupa membawa bekal makanan dan minuman, sehingga merasa letih dan lemas. Wajahnya menjadi pucat, tubuhnya pun gemetaran karena tidak kuasa menahan haus dan lapar.

Untunglah dari kejauhan Baginda Raja bisa melihat beberapa rumah penduduk. Dengan segera ia mempercepat laju kudanya.

Tidak lama sampailah Baginda Raja di depan rumah si laki-laki pelit itu. Sayangnya baru hendak turun dari kudanya, laki-laki pelit itu justru membentaknya.

“Hei, jangan turun di sini. Aku tidak punya apa-apa, walaupun hanya segelas air putih,” tegasnya.

Baginda Raja pun terkejut mendengarnya. “Katanya desa ini warganya dermawan semua, tapi kenyataannya tidak demikian,” pikir Baginda Raja dalam hati.

Terpaksa ia melanjutkan perjalanan dengan sempoyongan. Dikarenakan tidak puasa menahan letih serta lapar, Baginda Raja pun terjatuh dan pingsan di tengah jalan.

Saat ia tersadar ternyata sudah terbaring di salah satu rumah warga. Baginda Raja sedang dikerumuni orang-orang yang khawatir dengan kondisinya.

Setelah Baginda Raja siuman, para warga lalu memberinya makan dan minum. “Kau dari mana? Kenapa sampai pingsan?” tanya salah satu warga.

Tapi, Baginda Raja sengaja menutupi jati dirinya. Ia berpura-pura mengaku dari desa seberang yang sedang melakukan perjalanan jauh.

“Kalau kelelahan dan lapar, berhentilah dahulu, mampir dan istirahatlah di salah satu rumah kami. Pasti akan dipersilahkan dan diberi makan,” kata para warga.

“Aku sudah sempat berhenti di salah satu rumah warga, tapi malah dibentak dan diusir,” balas Baginda Raja.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *