Untung Rugi Mengikuti Ilmu Kalam

Memenangkan Hati Rakyat
Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh Hasanuddin (Ketua Umum PBHMI 2003-2005), Redaktur Pelaksana Hajinews.id

Hajinews.id – Apakah ilmu Kalam itu bermanfaat? Jika bermanfaat, manfaatnya seberapa besar daripada mudharatnya?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, sekilas dijelaskan bahwa Ilmu Kalam dalam tradisi Islam disusun dengan mengumpulkan dalil-dalil yang relevan, guna memberikan basis legitimasi argumentasi yang bertujuan untuk “menangkis” serangan pihak-pihak yang mencoba melawan Risalah Kenabian. Dengan kata lain, ilmu Kalam itu bertujuan baik. Namun, dalam kebaikan yang terkandung padanya, terdapat “resiko” besar yang harus ditanggung yakni: keharusan untuk mempertanggungjawabkan interpretasi atas dalil-dalil yang telah mereka kumpulkan untuk dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Jika interpretasi yang mereka lakukan benar disisi Allah, maka selamatlah ahli Kalam itu. Namun sebaliknya, jika interpretasi yang mereka sampaikan keliru, tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-Nya, maka celakalah orang itu, karena telah menyebabkan dirinya dan orang lain menyalahi Allah dan Rasul-Nya. Sebab itu terlepas dari niat baik para ahli ilmu Kalam, kita berdoa semoga Allah SWT meridhai kita semua.

Al-Qur’an memiliki dua sisi makna, sisi lahiriah yakni makna sesuai teks, dan sisi bathiniahnya yang hanya Allah dan Rasul-Nya yang Mahamengetahuinya.

Mereka yang mengikuti apa adanya dari sisi lahiriah firman Allah itu, dan tidak melakukan takwil dan atau interpretasi atasnya, selamat lah orang itu. Dan mereka yang karena kehendak Allah, sehingga Allah memberikan petunjuk hidayah dan inayah-Nya sehingga memperoleh pemahaman atas makna bathin Al-quran itu, tanpa diusahakannya, misalnya melalui mimpi bertemu Rasulullah dan didalam mimpinya itu, Rasulullah memberikan padanya pemahaman atas makna suatu ayat, itulah keberuntungan yang besar.

Oleh sebab itu, Ibnu Arabi misalnya “merekomendasikan” agar ilmu Kalam itu cukup satu orang untuk satu wilayah tertentu, seperti kebutuhan akan ketersediaan Tabib bagi masyarakat. Tidak perlu semuanya menjadi tabib. Sebaliknya mempelajari Al-Qur’an secara lahiriah secara etimologi, (kebahasaan) harus lebih diutamakan oleh setiap muslim. Hasilnya adalah ilmu syariah. Karena menurut Ibnu Arabi, jika pun umat Islam itu membutuhkan “pedang” untuk melawan musuh-musuh Islam, maka ilmu syariah itulah pedangnya. Ilmu syariah dalam pengertian ini, adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat empirik, atau science.

Adapun Ilmu Makrifat tiada lain merupakan perkembangan atau kelanjutan dari ilmu yang bersifat syariat yang diamalkan sesuai Sunnah Nabi itu.

Dengan demikian adalah mustahil bahwa seseorang dapat memasuki ilmu makrifat tanpa memahami ilmu syariat.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka berkata tiada tuhan selain Allah dan hingga mereka beriman kepadaku serta apa yang aku bawa”.

Beliau tidak mendorong kita untuk berdebat dengan mereka ketika orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya itu hadir.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *