Hikmah Siang: Antara Kematian dan Harap

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Dalam menyikapi kematian, ada orang yang memilih “Biarlah harta saya seadanya, asal ketika Allah S.W.T. memanggil, saya sudah siap.” Ada juga uang memilih “Saya ingin mengumpulkan harta sebanyaknya dulu sebelum mati”. Sahabat tipe yang mana?

Ketahuilah, tipa yang manapun sahabat, Insya Allah, sama-sama bisa baik, siapa tahu harta yang terkumpul itu bapak-ibu gunakan untuk beramal. Islam sendiri tidak melarang kita mengumpulkan dan menikmati harta kekayaan. Yang Allah S.W.T. larang ialah kita menjadi lalai dari dzikurullah karena harta.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Pasalnya, bagaimana pun, kita semua akan mati. Allah S.W.T. memperingatkan kita melalui firmannya, surat Al-Munafiqun ayat 9,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Hai, orang-orang beriman! Janganlah harta dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Siapa pun yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang rugi.

Suami, istri, anak, dan harta sejatinya titipan dari Allah S.W.T. sebagai fasilitas kita beribadah pada Allah S.W.T. Semuanya memiliki hak untuk kita penuhi. Suami menjaga istrinya, istri menjaga suaminya, sebagai orang tua, kita mendidik anak. Dengan harta, kita berzakat dan pergi haji.

Pasalnya, jika kita tidak menggunakan fasilitas tersebut untuk beribadah, apalagi sampai lalai dari dzikrullah, Allah S.W.T. mengingatkan, orang tersebut akan menjadi orang yang “merugi”.

Agar tidak merugi, Allah S.W.T. mengingatkan kita agar memenuhi hak-nya, yakni dengan menginfakkan sebagian dari rizki yang Allah S.W.T berikan pada kita. :

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
Infakkan sebagian harta yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang menjemputmu. Lalu, ada yang menyesali, “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sesaat saja agar aku dapat bersedekah dan menjadi orang-orang saleh.”

Salah satu jalan yang Allah S.W.T. tentukan bagi kita untuk ber-infak ialah dengan wasiat. Dengan wasiat tersebut, anak-anak atau istri yang ditinggalkan, meski hanya berangkat ke masjid terdekat, akan tahu berbagai hak dari dari harta yang dimiliki. Bisa jadi ada hutang pada orang lain, bisa jadi ada piutang di orang lain.

Pasalnya, kematian bisa datang kapan-pun. Sementara, selaku manusia, kita mudah lupa. Di sinilah kita harus meluruhkan ego dan terbuka dengan anggota keluarga kita.

Jangan sampai kita termasuk manusia yang menyesal ketika kita sudah meninggal dunia, “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sesaat saja agar aku dapat bersedekah dan menjadi orang-orang saleh.” Ketahuilah, sifat harta itu panas. Semakin kuat kita menggenggamnya, semakin kita terluka. Maka, harus dikeluarkan (hak-nya).

Ingatlah, kalau ajal sudah di depan mata, tidak mungkin lagi ia dimundurkan meski sekejap mata. Allah S.W.T. memberikan bocorannya dalam ayat berikutnya, Al-Munafiqun ayat 11

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Allah tidak akan menunda kematian seseorang apabila waktunya telah datang. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jadi, ketika Allah S.W.T. mengaruniakan berbagai bentuk rizki pada kita, terutama harta, penuhilah hak-nya. Sampaikan wasiat pada anak kita, pasangan kita sebelum ‘kepastian’ itu datang menjemput kita sehingga kita terhindar dari ‘kerugian’.

Tulisan merupakan resume materi Kajian Tematik pada Majelis Percikan Iman (MPI) yang disampaikan oleh Ustadz Nurjaman Sidiq di Masjid Peradaban Percikan Iman Arjasari, Ahad (5 Februari 2023)

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *