Pengamat Ungkap Isu Utang Rp 50 Miliar Anies Baswedan Bagian dari Serangan Sporadis Politik

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai terungkapnya soal hutang Rp 50 miliar Anies Baswedan merupakan bagian dari serangan sporadis politik.

Menurut Adi isu tersebut mencuat setelah sebelumnya bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan itu dikritik tidak pamitan kepada Prabowo Subianto.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Saya kira soal 50 miliar itu adalah bagian dari serangan sporadis politik ke Anies karena sebelumnya yang bersangkutan dikritik sebagai orang yang tidak pamitan ke Prabowo Subianto untuk maju Pilpres,” kata Adi kepada Tribunnews.com, Ahad (12/2/2023).

Adi melanjutkan sejumlah elite Gerindra terlihat tidak suka dengan Anies Baswedan yang sebelumnya berjuang bersama di Pilkada DKI justru maju Pilpres 2024 bersama NasDem.

“Kalau dilihat rata-rata ada sejumlah elite Gerindra sepertinya sebal dengan Anies yang dulu sempat mereka usung, sempat berjuang bersama di Pilkada DKI Jakarta. Tapi nyatanya justru maju Pilpres dari NasDem dan tidak berpamitan dengan Prabowo dan Gerindra itu serangan yang pertama,” lanjutnya.

Lalu menurut Adi soal utang piutang Rp 50 miliar, publik tidak melihat persoalan substansinya yang sudah selesai, dan Sandiaga Uno yang sudah mengikhlaskan termasuk Anies juga detail mengklarifikasi tentang hal ihwal yang 50 persen tersebut.

“Tapi publik melihat bahwa Anies adalah orang yang disebut mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk memenangkan pertarungan Pilkada DKI Jakarta. Anies dalam melakukan kampanye dengan Sandi ternyata butuh logistik yang memadai untuk melawan Ahok,” jelasnya.

Adi menegaskan soal Rp 50 miliar dan sebelumnya dinilai tidak pamitan dengan Prabowo.

Keduanya sebagai serangan-serangan politik secara sporadis terhadap Anies.

“Tetapi itu perkara biasa di politik, apakah ini akan menjegal elektabilitas Anies. Perlu dibuktikan secara statistik. Minimal hal itu serangan yang tentu ditujukan kepada Anies punya masalah pada komunikasi dengan Prabowo karena dianggap tidak pamit. Begitupun dengan yang soal hutang piutang yang 50 M ternyata Anies juga membutuhkan logistik yang sama untuk memenangkan pertarungan,” katanya.

 

Penjelasan Anies Baswedan

Anies Baswedan pun memberikan penjelasan terkait hal tersebut dalam wawancara bersama Merry Riana di akun youtube Merry Riana seperti dilihat Tribunnews.com pada Sabtu (11/2/2023).

“Saya ingin menggarisbawahi kenapa kalau kalah malah bayar? biasanya orang berpikir kalau menang bayar. Kalau kalah saya akan berada di luar pemerintahan. Maka di situ saya cari uang untuk mengembalikan. Mungkin saya bisnis, mungkin saya melakukan usaha apapun, supaya saya mengembalikan. Itu kalau di luar pemerintahan,” ujar Anies.

“Kemarin sebaliknya, apabila kalah saya di luar pemerintahan. Jadi sah dong mencari uang, sah dong mempunyai usaha. tetapi begitu menang, saya di pemerintahan malah tidak usah. justru itulah dukungan anda untuk Jakarta yang lebih baik. membawa perubahan Jakarta. Itu mindset baru,” jelas dia.

Lebih lanjut, Anies mengharapkan pola-pola yang telah dilakukannya saat Pilkada DKI Jakarta bisa menjadi bahan referensi bagi pihak lainnya yang ingin mencalonkan diri menjadi kepala daerah.

“Saya berharap mudah-mudahan pola seperti ini menjadi bahan referensi yang dipikirkan. bahwa mendukung itu untuk perubahan bukan mendukung sebagai investasi untuk nanti dikembalikan dalam bentuk privilage-privilage,” katanya.

“Saya berharap mudah-mudahan pola seperti ini menjadi bahan referensi yang dipikirkan. bahwa mendukung itu untuk perubahan bukan mendukung sebagai investasi untuk nanti dikembalikan dalam bentuk privilage-privilage,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Anies Baswedan pun menyebutkan Sandiaga Uno dan Erwin Aksa aneh karena membahas lagi utang piutang Rp 50 miliar yang sejatinya telah selesai.

Anies mengatakan dirinya bersama Sandiaga Uno memang banyak mendapatkan sumbangan dari berbagai pihak pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Satu di antara pemberi sumbangan itu meminta dicatat sebagai utang.

“Pada masa kampanye itu banyak sekali yang melakukan sumbangan, banyak sekali. ada yang kami tau, ada yang kami tidak tau. Dan ada yang memberikan dukungan langsung kepada apakah relawan ataupun itu. Kemudian, ada pinjaman, sebenarnya bukan pinjaman, dukungan yang pemberi dukungan ini minta dicatat sebagai utang,” ujar Anies.

Anies menyampaikan bahwa perjanjian dukungan yang dicatat sebagai utang itu berisikan bahwa jika nantinya Anies-Sandi memenangkan Pilkada, maka utang piutang itu dianggap lunas.

“Dukungan yang minta dicatat sebagai utang. Lalu kami sampaikan apabila, ini kan dukungan untuk sebuah kampanye, untuk perubahan, untuk kebaikan, apabila ini berhasil, maka itu dicatat sebagai dukungan. Apabila kita tidak berhasil dalam Pilkada, maka itu menjadi utang yang harus dikembalikan. Jadi itu kan dukungan. Siapa penjaminnya? yang menjamin pak Sandi,” ungkap Anies.

Lebih lanjut, Anies menambahkan bahwa uang pinjaman tersebut sejatinya bukanlah uang Sandiaga Uno. Namun, uang itu berasal dari pihak ketiga yang mendukung Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

“Jadi uangnya dari Pak Sandi. Jadi itu ada pihak ketiga yang mendukung kemudian saya menyatakan, ada surat pernyataan utang, saya yang tanda tangan dan di dalam surat itu disampaikan apabila Pilkada kalah, maka saya dan Pak Sandiaga Uno berjanji mengembalikan. dan saya dan Pak Sandi. yang tanda tandangan saya. apabila kami menang pilkada, ini dinyatakan bukan utang. Jadi itulah yang terjadi. makanya begitu Pilkada selesai, menang selesai,” jelas Anies.

Lebih lanjut, Anies menambahkan seluruh dokumen yang terkait perjanjian utang piutang itu pun masih disimpan oleh dirinya. Anies pun tak masalah jika dokumen itu dibuka di hadapan publik.

“Ada dokumennya, kalau suatu saat itu harus dilihat ya boleh saya, wong tidak ada sesuatu yang luar biasa disitu. jadi tidak ada sebuah utang yang hari ini harus dilunasi. Gak ada. karena ketika Pilkadanya selesai, itu selesai,” beber Anies.

Di sisi lain, Anies mengaku heran dengan pihak yang kembali menggulirkan kesepakatan perjanjian utang piutang yang sejatinya telah dinyatakan selesai sejak kemenangan di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

“Jadi menjadi aneh ketika sekarang kita membicarakan soal ada utang yang belum selesai. sudah selesai ketika dulu karena perjanjiannya begitu,” tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Strategis Partai Golkar Erwin Aksa mengatakan Anies Baswedan masih memiliki utang sekitar Rp 50 miliar kepada Sandiaga Uno.

Erwin menyebut utang itu terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada tahun 2017.

“Karena waktu itu kan putaran pertama kan ya namanya juga lagi tertatih-tatih juga kan,” kata Erwin dalam podcast Akbar Faizal Uncensored yang ditayangkan, Sabtu (4/2/2023).

Ia menyebut jika saat ini Sandiaga Uno memiliki logistik cukup sehingga memberikan pinjaman ke Anies.

“Karena yang punya likuiditas itu Pak Sandi, kemudian memberikan pinjaman kepada Pak Anies,” ujar Erwin.

Erwin lalu mengungkapkan bahwa pinjaman tersebut diberikan ke Anies sekitar Rp 50 miliar.

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *