Andos, Sandal Itu Bergesekan Dengan Aspal Setiap Saya Menuju Masjid

Sandal Itu Bergesekan Dengan Aspal Setiap Saya Menuju Masjid
Sandal Itu Bergesekan Dengan Aspal Setiap Saya Menuju Masjid
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Geisz Chalifah

Hajinews.id – Sion Fernandos Hutadjulu Namanya, anak muda yang bekerja di Ancol. Dipanggil sehari hari – hari dengan nama Andos.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saat saya diberi amanah menjadi salah satu komisaris di perusahaan BUMD tersebut. Andos bertugas sebagai protokol yang mengawal setiap direksi ataupun komisaris bila sedang mengunjungi lokasi-lokasi unit yang ada di Ancol, termasuk bila ada tamu pejabat hadir.

Saya tak memahami SOP nya juga tak terbiasa dikawal, jadi saat pertama saya memasuki wilayah Ancol dialog pertama saya dengan Andos tidak menyenangkan: Kamu ngapain ngikutin saya terus?

Andos menjawab: Ini SOP saya Pak, selama bapak berada di wilayah Ancol saya harus menjaga.

Saya menjawab dengan lugas dan jelas: Lakukan tugas itu kepada yang lain tapi jangan pernah lakukan kepada saya. Sampaikan juga pada teman kamu lainnya saya tak ingin ada pengawalan kemanapun tempat di Ancol yang saya datangi.

Andos berkata: Siap Pak. Namun dihatinya menggerutu: Baru ada komisaris aneh bin ajaib seperti ini.

Hari berlalu bulan berganti, saya mulai mengenal para pekerja secara personal, mulai paham jabatan mereka tentu saja tak ada yang lebih istimewa karena sudah terbiasa menganggap semua manusia itu sama. Oleh sebab itu saya berinteraksi dengan siapapun tanpa mengenal jarak.

Hari minggu pagi sebuah acara berlangsung. Dari deretan bangku direksi dan komisaris saya melihat Andos berjaga dengan sigap dikejauhan. Sekejap saya hampiri lalu bertanya: Kamu ga ke gereja?

Andos menjawab dengan sangat formal: Siap salah Bapak, hari ini saya ada tugas untuk acara ini.

Saya menegurnya: Lain kali bila ada tugas dihari minggu pagi seperti ini kamu ga usah ikut biar yang lain saja yang bertugas.

Entah kenapa anak itu semakin sering “dimarahi” bukan menjauh namun semakin mendekat.

Dia bukan saja datang sendiri namun membawa teman-teman pekerja lainnya bila saya berada di Ancol.

Tahun berlalu, kejadian demi kejadian terjadi menjadi kisah riang ataupun pilu. Menjadi keriangan bila berbagai acara sukses dilaksanakan. Namun menjadi mencekam ketika Ancol ditutup berbulan – bulan tanpa ada tanda-tanda pandemi berakhir. Terkadang baru dibuka satu bulan lalu ditutup kembali.

Selama Pandemi kehadiran saya semakin intens, saya ingin berada di tengah mereka, situasi demi situasi saya ikuti dengan seksama. Ramai perbincangan ditengah karyawan tentang akan adanya PHK. Lalu berbagai pertanyaan dari karyawan dengan resah tentang situasi yang terjadi dan masa depan pekerjaan mereka.
Saya tak punya jawaban lain selain mengatakan: Selama saya masih disini ga akan ada yang namanya PHK.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *