Imam Al Ghazali mengingatkan, wahai jamaah, waspadalah terhadap hawa nafsu yang selalu mengajakmu pada segala macam keburukan.
Nafsu adalah musuh Anda yang paling berbahaya. Karena malapetaka yang disebabkan oleh nafsu akan sangat sulit bagimu, tetapi cara mengatasi nafsu sangat sulit karena penyakit yang disebabkan oleh nafsu sangat serius dan obatnya sulit ditemukan.
Nafsu juga merupakan musuh yang dicintai. Manusia umumnya menutup matanya terhadap aib yang terdapat dalam diri orang yang ia cintai.
Jika manusia memandang positif dorongan nafsunya yang buruk dan hampir tidak melihat aib padanya, padahal nafsu itu sangat memusuhinya dan berbahaya, maka ia akan terjerumus dalam bahaya dan kebinasaan tanpa ia sadari. Kecuali jika Allah menjaga dengan anugerah dan pengawasan-Nya, serta berkat rahmat dari-Nya.
Imam Al Ghazali mengingatkan, wahai para ahli ibadah, renungkanlah satu hal penting ini. Jika kamu perhatikan dengan seksama, maka kamu akan menemukan bahwa asal dari setiap fitnah, kerusakan, kehinaan, kebinasaan, dosa, dan cacat yang terjadi pada diri manusia sejak manusia pertama hingga hari kiamat adalah berasal dari nafsu.
Iblis adalah yang pertama kali melakukan kemaksiatan terhadap Allah SWT. Iblis menolak perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Nabi Adam Alaihissalam. Penolakan iblis itu lahir dari hawa nafsu yang sombong dan iri kepada Nabi Adam.
Akibatnya iblis tercampak ke dalam lautan kesesatan setelah sebelumnya rajin beribadah selama 80 ribu tahun. Ini terjadi pada saat belum diciptakan dunia dan makhluk yang akan mendiaminya.
Jelas, ketidaktaatan iblis kepada Allah SWT timbul dari hawa nafsunya yang penuh kesombongan dan kedengkian.
Nabi Adam dan ibu Hawa berbuat dosa karena pengaruh nafsu, iblis membujuknya untuk memakan buah terlarang agar bisa hidup kekal di surga.
Kemudian anaknya Qabil membunuh Habil karena nafsu atau rasa iri dan dengki. Artinya, kamu tidak menemukan fitnah, kebobrokan, kesesatan dan kemaksiatan yang menimpa manusia, kecuali karena hawa nafsu yang menjadi biang keladinya.
Jika bukan karena nafsu, manusia akan selamat dan berada dalam kebaikan. Hal ini dijelaskan Imam Al Ghazali dalam Kitab Minhaj al-Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.