Hikmah Pagi: Akal vs Syariah

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



🎋 Allah telah memberikan kemuliaan dan keutamaan kepada manusia dengan akal. Dan di dalam kitab-Nya, Dia memuji orang² yang memiliki pikiran dan akal² yang terang.

Allah ﷻ berfirman,

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Hanya orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS. Ar-Ra’du: 19)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak membiarkan akal pada kedudukan yang telah Allah tetapkan, yang menghalangi mereka untuk ittiba’. Mereka tidak mengetahui bahwa akal memiliki batasan² di dalam mengetahui sesuatu. Dan Allah tidak memberikan jalan bagi akal untuk mengetahui segala sesuatu. Sebagaimana mereka tidak mengetahui bahwa Allah menjaga agama-Nya dan melindungi Nabi-Nya dari ketergelinciran dan penyimpangan di dalam menyampaikan agama-Nya. Maka segala sesuatu yang beliau bawa adalah kebenaran yang tidak ada keraguannya, sedangkan yang mereka namakan dengan hakikat dan perkara yang meyakinkan adalah kebatilan.

🎋 Hal itu ditunjukkan oleh adanya perbedaan akal dan pemahaman manusia di dalam menentukan hakikat² dan maslahat². Dan juga, Allah ﷻ telah memerintahkan kita untuk menerima hukum Allah dan Rasul-Nya dengan penerimaan yang mutlak tanpa menghadapkan nash itu kepada akal sebelum menerimanya.

Sebagaimana di dalam firman Allah ﷻ,

فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Rabbmu, mereka tidaklah beriman sampai mereka menjadikanmu sebagai hakim di dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak mendapati pada diri mereka rasa keberatan terhadap apa yang kamu putuskan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”
(QS. An-Nisaa: 65)

Alangkah bagusnya perkatan Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi ketika menjelaskan perkataan Ath Thahawi,
“Tidak akan kokoh telapak kaki islam kecuali diatas permukaan taslim (menerima) dan istislam (pasrah)”.

Beliau berkata, “Yaitu tidak akan kokoh keislaman seseorang yang tidak menerima dan tunduk kepada nash² al-Kitab dan as-Sunnah, tidak menolaknya dan tidak mempertentangkannya dengan pendapat, akal dan logikanya.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Imam Muhammad bin Syihab Az-Zuhri rahimahullah, bahwa beliau berkata, dari Allah datangnya risalah, kewajiban Rasul menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerima”

🎋 AKAL YANG TIDAK DIBIMBING ATAU DISANDARKAN PADA DALIL,  AKAN TERSESAT

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

“Telah bersabda Rasulullah ﷺ: ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).’”

Seandainya akal semata dapat MENETAPKAN MANA YANG HAQ MANA YANG BATHIL,  maka tidak Perlu Allah turunkan Wahyu (Al quran) dan tidak perlu Allah mengutus ROSULNYA (As Sunnah)

Seandainya KEBENARAN SYARIAT PERINTAH DAN LARANGAN ALLAH ﷻ, hanya ditimbang dengan akal, maka akal siapa yang kita jadikan tolak ukur kebenaran ? Akal fulan ? Atau akal²lan ?

Adapun ahlusunnah menyikapi syariat PERINTAH DAN LARANGAN ALLAH ﷻ dengan KEPATUHAN.

Allah ﷻ berfirman

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

‘Sesungguhnya jawaban orang² mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah ﷻ dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang² yang  beruntung’.
(Qs.An Nur  ayat 51)

Allahu a’lam,
Semoga bermanfaat.

📲 @IslamAdalahSunnah

​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *