Cak Nun mengatakan, pemilu terjadi karena masyarakat Indonesia sendiri tidak bisa melihat kualitas calon pemimpin yang benar-benar bersih. Oleh karena itu, pemilu diselenggarakan untuk memudahkan dan mengontrol kemurnian pemimpin.
“Demokrasi itu lahir dari bangsa yang tidak mengenal kemutiaraan manusia, saya ndak provokasi ya, di Quran itu yang disebut apa? ujar Cak Nun, dikutip Selasa (7/3/2023).
Cak Nun lantas menyinggung pentingnya pernikahan dengan sebuah negara yang diisi oleh orang-orang dengan beragam latar belakang jabatan.
“Lebih penting mana, negara atau nikah? umumkan pada setiap orang, negara kalah penting. Kamu pilih negaramu bubar atau pernikahanmu bubar?,” katanya.
“Jadi kamu musti ngerti mana mutiara, mana emas, dan mana batu. kalau tidak mengerti itu ya celaka kamu,” lanjutnya.
Namun, saat ini pemerintah seolah-olah melakukan penipuan terhadap publik dengan jalan menyamarkan pemimpin yang berkualitas rendah dan menunjukkan kepalsuan di hadapan rakyat bahwa ia berkarisma.
“Kan yang dicari batu-batu, jadi kalau sekarang kamu diberi karomah oleh Allah sehingga anda mutiaranya Bangsa Indonesia, maka anda harus siap untuk sengsara, siap untuk tidak dianggap,” ujar Cak Nun.
Menurut Cak Nun, upaya tersebut dilakukan untuk mengeruk keuntungan sebesar mungkin dari pencalonan pemimpin negara. Sehingga, mereka akan membeli ‘pemimpin’ bayaran yang dijual ke publik dengan wajah berbeda.
“Karena yang berkuasa dan punya duit tidak akan berani mengambil anda, mending beli batu dan di-anda-andakan,” ujarnya.
“Jadi di Maiyah ini nomor satu adalah tolong belajar kualitas manusia, pelajari mana manusia batu, mana emas, mana ini itu,” lanjutnya.
Cak Nun lantas menegaskan bahwa Pemilu terjadi karena masyarakat tak bisa membedakan mana orang yang benar-benar berkualitas dan mana yang gadungan.
“Pemilihan itu terjadi karena anda tidak ngerti bedanya batu, intan dan emas. Sekarang Anda pilih mana? di Quran tidak disebut kecuali kerajaan dan raja, dan anda ditipu selama 500 tahun,” pungkasnya.
Sumber: kontenjatim