Abu Thalib dan Nabi Muhammad SAW yang masih berusia 12 tahun tiba di Bushra, wilayah yang termasuk wilayah Syam dan merupakan ibu kota Hauran. Wilayah itu adalah ibu kota orang Arab, meskipun pada saat itu berada di bawah kekuasaan Romawi.
Di Bushra ini ada seorang biksu bernama Bahira. Nama asli biksu itu adalah Jurjis. Ketika rombongan Abu Thalib yang membawa Nabi Muhammad SAW yang berusia 12 tahun singgah di kawasan Bushra, tiba-tiba seorang biksu menghampiri mereka dan mengajak mereka singgah sebagai tamu kehormatan di kediamannya.
Dahulu, biksu Bahira tidak pernah keluar. Namun, begitu Biksu Bahira mengetahui bahwa ada seorang anak berusia 12 tahun, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat-sifat Nabi yang terpuji, ia mendekati Nabi Muhammad SAW.
Biksu Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah tidak ada bebatuan dan pepohonan pun yang tidak tunduk dan bersujud, mereka tidak sujud kecuali kepada seorang Nabi. Aku juga bisa mengetahui dari stempel Nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya yang menyerupai buah apel, kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam Kitab kami.”
Kemudian biksu Bahira meminta agar Abu Thalib bersama Nabi Muhammad SAW kembali pulang dan tidak melanjutkan perjalanan ke Syam. Karena biksu Bahira takut ada gangguan dari pihak orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW yang masih berusia 12 tahun. Maka Abu Thalib mengirim Nabi Muhammad SAW bersama beberapa pemuda agar kembali ke Makkah.
Kisah ini dilansir dari Sirah Nabawiyah yang ditulis Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, diterjemahkan Kathur Suhardi, diterbitkan Pustaka Al-Kautsar, 2012.