Kultum 44: Memilih Kisah yang Mendidik

Memilih Kisah yang Mendidik
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Kalau Al-Qur’an memberikan pendidikan agama Islam kepada kita semua dengan metode pemberian materi berbagai kisah yang terjadi pada zaman dahulu, sungguh hal ini juga merupakan metode yang tepat dalam menidik anak cucu kita. Pemberian materi berupa kisah-kisah penuh hikmah juga merupakan salah satu metode pembelajaran yang juga telah terbukti efektif membuat anak usia pra sekolah dan usia sekolah menghubungkan isi kisah-kisah itu dengan kehidupan nyata.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengajarkan berbagai kisah dari umat-umat terdahulu. Demikian juga yang terdapat dalam hadits-hadits yang jumlahnya sangat banyak. Semua itu bisa secara langsung bisa diberikan dengan memilih materi yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

Memberikan materi agama Islam melalui berbagai kisah penuh hikmah yang menarik, akan memberikan pengaruh yang besar pada jiwa anak-anak. Hal ini akan lebih efektif jika sang pencerita mempunyai teknik yang menarik dalam menyampaikan berbagai materi tersebut. Tujuannya adalah agar mampu mempesona dan memberikan pengaruh yang mendalam kepada  anak-anak yang mendengarnya. Salah satu ciri khas kisah teladan adalah “mampu memberikan pengaruh bagi yang membacanya maupun yang mendengarkannya”.

Lebih dari itu, metode pemberian kisah-kisah teladan dalam mendidik anak tentang agama Islam, sudah ditegaskan Allah dalam firmanNya,  فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ Artinya:

Maka ceritakanlah [kepada mereka] kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. Al-A’raaf, ayat 176).

Akan tetapi, di tengah masyarakat yang telah merebak berbagai kisah ataupun hikayat yang tidak diketahui asal-usulnya, kita perlu selektif dalam memilih berbagai kisah untuk anak-anak kita. Membanjirnya kisah “fiktif dan sarat dengan kedustaan” perlu diperhatikan dengan seksama oleh para orangtua. Kisah-kisah fiktif demikian telah dan akan mempengaruhi pola pikir anak-anak kita.

Saat ini banyak beredar kisah-kisah penjahat dijadikan pahlawan, dan orang-orang yang buruk perangainya menjadi pemenang, bahkan  orang-orang fasik dijadikan idola. Hal ini merupakan ‘kejahatan’ terhadap anak didik. Cepat atau lambat kisah-kisah demikian akan menumbuhkan dampak buruk bagi anak didik kita.

Untuk itu kita harus sedapat mungkin menghindari kisah-kisah tertentu dan memilih kisah-kisah tertentu yang secara agamis akan efektif. Berikut, beberapa kisah yang harus kita hindari. Pertama, hindari kisah-kisah yang menimbulkan rasa takut dan cemas. Kisah demikian, misalnya: kisah atau cerita horor, hantu, makhluk yang menakutkan dan lain-lain. Kisah atau cerita seperti ini berpengaruh buruk pada diri anak-anak dan memunculkan sifat pengecut serta tidak membentuk anak menjadi seorang yang pemberani.

Kedua, hindari kisah atau cerita rakyat yang berisi kedustaan, khurafat, mitos dan hanya khayalan. Kisah seperti ini, misalnya: Hikayat Malin Kundang, Sangkuriang, kisah sang kancil dan buaya, dan sebagainya. Kisah dan cerita klasik seperti ini masih sangat banyak kita dapatkan di tengah masyarakat. Semuanya menceritakan hal-hal yang sulit diterima akal sehat dan dipenuhi kedustaan, bahkan mengarah kepada keyakinan syirik. Yang lebih dikhawatirkan adalah, hal itu bisa membentuk pribadi anak yang mempercayai hal-hal dusta, tidak masuk akal, tidak sesuai dengan kondisi riil, bahkan mustahil.

Selanjutnya, hindari berbagai cerita yang mengutamakan kekuatan fisik, dan tidak mengutamakan akal. Cerita tentang Batman, Superman, dan Spiderman adalah cerita yang lebih menonjolkan kekuatan fisik dalam menyelesaikan masalah. Kisah dan cerita semacam ini juga akan membentuk jiwa yang suka bermusuhan dan mengutamakan kekuatan fisik. Lebih dari itu, kisah-kisah seperti ini bisa menanamkan ‘khayaliyah’ pada anak karena isinya jauh dari kenyataan hidup.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *