Berbuat baik kepada tetangga adalah bagian dari keimanan. Saking utamanya berbuat baik kepada tetangga, Nabi ﷺ sampai bersabda, “Tidak bosan-bosannya Jibril mengingatkanku menyangkut tetangga (untuk berbuat baik kepadanya), sampai aku berpikir kalau tetangga termasuk ke dalam ahli waris.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Terkait hal ini, ‘Aisyah ra. pernah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang tetangga yang harus diprioritaskan dalam mendapatkan kebaikan. “Ya Rasulullah, aku punya dua tetangga. Kepada siapakah aku memberi hadiah?”
Beliau ﷺ menjawab, “Kepada (tetangga) yang terdekat pintunya denganmu.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Jika di antara tetangga tersebut ada yang memiliki hubungan kekerabatan, manakah yang harus didahulukan: apakah yang paling dekat ataukah yang punya hubungan persaudaraan walaupun lebih jauh?
Imam Al-Baghawi menjelaskan, “Jika seseorang ingin memberi hadiah kepada tetangganya, hendaklah dia memulai dari yang terdekat pintunya, lalu yang berikutnya.
Jika di antara tetangga itu ada hubungan kekerabatan, hendaklah dia memulai dengannya walau dia paling jauh pintunya. Kemudian, kembali kepada yang paling dekat pintunya. Sesungguhnya, kedekatan kerabat itu lebih diutamakan daripada dekatnya pertetanggaan.”
(Musthafa Ibrahim Haqqi, Raddul Bala’ bid Du’â wadz Dzikri was Shadâqati wal Istighfar).