Marhaban Ya Ramadan: Angka Cantik, Bulan Berkah

Marhaban Ya Ramadan
Ilham Bintang
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Ilham Bintang

Hajinews.id – Memang tidak ada penjelasan di dalam Al Quran maupun dalam Hadist Nabi Muhammad SAW mengenai tanggal cantik bulan Ramadan. Apalagi, nomor cantik itu bertarikh Masehi “23-3-23 ” ( 23 Maret 2023) yang merujuk pada permulaan puasa Ramadan tahun ini, tahun 1444 Hijriah. Saudi yang tidak melihat Hilal Selasa (21/3) kemarin, akhirnya menetapkan juga permulaan puasa Ramadan seperti dengan nomer cantik itu yang seminggu terakhir beredar di media sosial.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Kreativitas Netizen ini menambah siar dan semangat memasuki bulan Ramadan. Saya sendiri memperoleh tanggal cantik itu dari Aulia Rachman, mantan Dubes RI di Ceko yang japri di WhatsApp. Sebelumnya, aktris legendaris Indonesia, Widyawati, memposting juga di WAG komunitas insan film C-Niors.

Marhaban Ya Ramadan

Sebelum ini kita tidak pernah memperhatikan apakah permulaan puasa itu tanggal cantik atau bukan. Mau cantik tanggalnya atau tidak Ramadan memang bulan istimewa.

Tuhan mendesain khusus keistimewaan Ramadan itu, sehingga penuh berkah dan ampunan.  Meminjam istilah marketing masa kini : berlimpah voucher berisi bonus pahala yang disediakan selama bulan suci ini. Tentu ada syarat-syaratnya. Namun, yang pasti semua untuk meringankan, dan bahkan menghapus dosa- doa hamba-Nya.

Kalau kita menyimak “desain Tuhan” atas bulan Ramadan, Tuhan sendiri ternyata “mengharapkan ” sekali supaya kita mencapai posisi terlahir suci kembali seperti bayi, tanpa dosa. Padahal, kalau dilihat dari jejak digital kita semua ” beyond help” alias kagak ketulungan.

Apabila tahun lalu belum sempurna, diberi kesempatan lagi tahun berikutnya. Belum juga optimal, tahun depan diberi lagi kesempatan kalau masih ada umur. Luar biasa.

Keluarbiasaan itulah yang menjelaskan mengapa umat Islam di seluruh dunia selalu penuh antusiasme menyongsong Ramadan. Kegembiraan itu kita saksikan diekspresikan dalam berbagai ritual menurut tradisi dan budaya masing- masing bangsa. Tidak terkecuali umat Islam di Indonesia, yang menampilkan juga keragaman di tiap daerah.

Lihat saja di berbagai daerah, ritual sesuai tradisi masing –masing setiap menyongsong datangnya Ramadan luar biasa hebatnya. Kegairahan itu tentu saja semakin bertambah dengan bantuan teknologi informasi terkini. Ekspresi itu hadir  melalui pesan singkat di smartphone, surat elektronik (surel), facebook, twitter, Instagram dan WhatsApp, seperti saluran media sosial yang dipergunakan Aulia Rachman dan Widyawati mengirim nomor cantik permulaan Ramadan

Dalam tulisan menyambut Ramadan belasan tahun lalu saya pernah bertanya begini. Pernahkah kita membayangkan seperti apa wujud kita seandainya Allah SWT tidak menciptakan sebuah bulan Ramadan dan sebuah hari yang fitri?

Sekuat apakah kita memikul keburukan kita sendiri, karena itu artinya setiap tahun tidak ada fasilitas pengampunan dosa dari Tuhan? Sehingga, kita hidup ibarat tanpa ginjal yang berfungsi menyaring darah. Atau, bahkan seperti orang yang terus menerus makan, namun tak punya saluran pembuangan kotoran.

Umat Islam di seluruh dunia tahun ini kembali mendapatkan berkah dengan kedatangan Ramadan, setelah dua tahun terkungkung lantaran didera Pandemi Covid19. Bulan berkah sebulan penuh berpuasa, yang di Indonesia Insya Allah akan dimulai Kamis, 23 Maret 2023.

Tidak banyak yang mengetahui pada awal turunnya perintah berpuasa di awal-awal Islam, banyak umat yang mengeluhkan beratnya menjalani puasa. Lalu, karena Allah Maha Demokratis, maka Tuhan pun “mengoreksi” teknis operasionalnya melalui surat Al Baqarah/2: 187, “dihalalkan bagimu pada malam hari bercampur dengan istrimu. Merekalah adalah pakaian bagimu……”. Maksudnya, sesudah Maghrib, sampai menjelang makan sahur, suami bebas bercampur dengan istri.

Sebelum itu, durasi waktu untuk suami istri “bergaul”, hanya terbatas dari Maghrib sampai Isya. Hanya sekitar satu jam, atau setara dengan durasi umumnya sinetron, yaitu sekitar 48 menit ditambah 12 menit commercial break atau iklan. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya seandainya ketentuan dulu itu masih berlaku sekarang. Istilah orang Jakarta, boro-boro dosanya hapus, malah tiap tahun bisa nombok.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *