PUASA dan INTELIGENSIA

PUASA dan INTELIGENSIA
Gus Hamid
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Gus Hamid

Hajinews.id – Seringkali kita memahami ibadah puasa sekedar pada makna spiritualnya. Itu bukan tidak penting, bahkan memang seharusnya demikian untuk meningkatkan dan membangun sikap taqwa. Namun tanpa disadari, pada puasa, dibaliknya ada fungsi amat signifikan terkait aspek inteligensia kita.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Sebagai bentuk ibadah, puasa adalah manifestasi penghambaan. Penghambaan adalah aspek penting untuk mengorientasikan kehidupan dan eksistensi manusia sesuai dengan apa yang dianggap dan difitrahkan oleh Dzat Nyata, terutama ketika seseorang menuju Tuhan untuk mendapatkan petunjuk dan pertolongan, juga untuk bersyukur. Dengan demikian, pada puasa, juga ibadah lainnya, adalah penghambaan suci, yang dari situ mendapatkan ketulusan dengan ‘bergaul akrab’ bersama Allah, Dzat Pemilik Ilmu dan Hikmah.

Lalu, dimana signifikansinya dengan inteligensia? Ini dapat kita temukan pada unsur inti ibadah, yakni “dzikir”. Dzikir —berbeda dengan kontemplasi— memiliki tiga makna dasar, yakni: menyebutkan, mengingat, dan mengingatkan, adalah aktivitas mengingat dalam pikiran yang menunjukkan respon pemeliharan hubungan kebajikan dengan Allah. Sementara mengingat Allah mengakibatkan kenikmatan karena diingat oleh-Nya: “Ingatlah Aku, maka Aku akan mengingatmu.” (QS 2:153).

“Diingat” adalah petunjuk/”huda” atau hidayah.  Petunjuk adalah jalan menuju tujuan yang dikehendaki terkait dengan rahmat-Nya, yang berupa “instruksi spesifik” yang mungkin tidak kita sadari,  yang merepresentasikan sifat ilahiyah dan mengejawantah dalam ruang intelek dan intuisi kita.

Intelek atau inteligensi, yang dikaruniakan kepada semua manusia, tidaklah bersifat aktif tetapi kontemplatif murni. Ia menjadi aktif dan mampu memahami realitas, termasuk realitas indrawi,  membutuhkan intuisi di belakngnya. Hidayah adalah energi aktif yang mengisi ruang itu, melalui mana intuisi akhirnya merangsang intelegensia menjadi aktif dan menghasilkan ide. Maka ide bersifat metafisis sekaligus logis. Dari sini akal dan rasionalitas kemudian bekerja melalui satu model pemahaman yang bekerja melalui analisis dan abstraksi.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *