Gegara Salah Masuk Masjid, Pak AR Jadi Imam Salat Tarawih Ratusan Warga NU

Pak AR Jadi Imam Salat Tarawih
Pak AR
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id — Sejatinya umat Islam bersaudara, baik dari Muhammadiyah, NU, Persis, atau ormas Islam lainnya. Karena itu, ulama-ulama di Indonesia sejak dahulu saling menghormati dan menghargai meski terkadang ada khilafiyah atau perbedaan pandangan. Seperti kisah Ketua Umum PP Muhammadiyah, Allahyarham KH Abdur Rozaq Fachruddin atau lebih dikenal Pak AR yang menjadi imam tarawih di masjid warga NU, gara-gara salah masuk pengajian. Kok bisa?

Cerita bermula saat Pak AR diundang untuk mengisi ceramah di masjid yang dibina warga Muhammadiyah di Ponorogo, Jawa Timur. Namun, Pak AR salah masuk ke masjid yang diurus warga NU karena nama masjidnya sama: Masjid At-Taqwa.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Peristiwa itu terjadi pada bulan Ramadhan di terjadi saat bulan Ramadhan. Pak AR saat itu diundang mengisi ceramah di pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah. Namun Pak AR masuk ke masjid berbeda yang memiliki nama sama, yakni Masjid At-Taqwa yang ternyata milik warga NU. Kebetulan saat itu masjid tersebut juga sedang menggelar pengajian.

Seperti dirawikan aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada 2019 yang dinukil dari Muhammadiyah.or.id, meski orang Muhammadiyah, Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Meski salah masuk masjid, Pak AR pun mengikuti pengajian dan tidak beranjang pergi. Saat panitia yang juga warga Muhammadiyah menyusul, Pak AR meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai.

Setelah pengajian selesai, sahabat KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu ternyata tidak diperkenankan pulang oleh pengurus Masjid At-Taqwa milik NU. Pak AR dipaksa menjadi imam Salat Tarawih dan beliau segera menyanggupi permintaan tersebut.

Sebelum memimpin Salat, Pak AR bertanya kepada jamaah di masjid NU mau berapa rakaat. Jamaah pun sepakat Salat Tarawih 23 rakaat sesuai tradisi NU.

Pak AR ternyata tetap mengimami Salat Tarawih dengan tradisi Muhammadiyah, tumakninah, menikmati setiap rukun, dan pembacaan ayat-ayat Alquran secara tartil. Akibatnya tentu saja waktu Salat pun melebihi batas kebiasaan Salat di masjid tersebut.

Baru delapan rakaat, Salat Tarawih yang diimami Pak AR sudah melebihi waktu tarawih NU 23 rakaat. Sebelum melanjutkan, Pak AR pun membalikkan badan dan kembali bertanya kepada jamaah.

“Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?” (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?)

Sontak semua jamaah NU itu serempak menjawab, “Salat witir mawon.” (Salat witir saja). Jawab jamaah sambil tertawa.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *