Hakikat Ramadan, KH Miftachul Akhyar: Beruntung yang Masih Bisa Bertemu

Hakikat Ramadan
KH Miftachul Akhyar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Rais ‘Aam Nahdlatul Ulama Pengurus Besar (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengatakan bahwa Ramadan adalah bulan kemanusiaan, yaitu bulan dimana kita mengenal diri dan jati diri kita.

“Selamat datang kemanusiaan. Ramadan adalah bulan kemanusiaan, Ramadan adalah bulan kita mengenal siapa diri kita, Ramadan adalah jati diri kita. Maka Ramadan adalah bulan termulia dari sekian bulan yang pernah ada. Sama dengan manusia adalah makhluk yang mulia dari sekian makhluk,” ujarnya pada Ngaji Syarah Al-Hikam Pertemuan ke-29 di Aula Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/3/2023).

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ia mengatakan bahwa sangat beruntung sekali manusia yang masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan Bulan Ramadan. Itu artinya seorang Muslim masih diberi kesempatan untuk menyapa dirinya, bertemu dengan jati dirinya, bertemu dengan kemanusiaannya, dan mengenal siapa dirinya sebenarnya.

Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan bahwa ada sebuah syair yang menyatakan ya khadimal jismi kam tsaqal khidmati wa anta bil ruhi bil jismi insanu.

Ya khadimal jismi, hai pelayan jasad selama ini. 11 bulan ini kita melayani jasad, di mana perut bisa terus terisi. Ini kita seperti melayani jasad saja selama ini, ya khodimal jismi, hai pelayan jasad. Belum yang lain-lain syahwat-syahwat yang lain,” jelasnya.

“Kamu melayani jasad itu sudah dapat kerugian berapa? Pernah hitung, pernah mengkalkulasi tidak? Tidak pernah kita kalkulasi kerugian kita. Kita rugi di luar Ramadan itu rugi karena pelayanan kita fokus pada pelayanan jasad. Kam tsaqal khidmat, berapa kerugian yang kau dapatkan di dalam kalian melayani jasad,” imbuhnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut mengatakan bahwa manusia disebut sebagai manusia karena jiwa, karena ruh, bukan karena jasad, bukan karena fisik. Ia mengingatkan bahwa kesempatan berjumpa dengan bulan Ramadan, di mana pahala dilipatgandakan, jangan sampai disia-siakan.

“Seperti ini hadits, walaupun hadits ini ada yang mengatakan shahih, ada yang mengatakan dhoif. Tetapi Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam kitab shahihnya, hadits yang menyatakan bahwa begitu Ramadan sudah dekat Rasulullah dawuh, inni hadza syahru ramadhana qad hadarakum iftaraduhu ‘alaikum shiyam, dan seterusnya,” ujarnya.

Kiai Miftach menjelaskan tentang hadits tersebut bahwa Allah mewajibkan puasa, lalu mensunnahkan shalat tarawih, dan ibadah fardunya dilipatgandakan menjadi 70. Ibadah sunnahnya ditulis pahala wajib, sampai di situ disebutkan Ramadan itu rizqul mukmin, rizkinya orang mukmin.

“Masya Allah, wis pokoke pahala tok (sudah pokoknya pahala semua). Makanya disebut bulan obral pahala. Ini untung penjenangan semua. Bagaimana tidak? Muncul kemanusiaan kita, muncul siapa kita,” ungkap Kiai Miftach.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *