Ulama Bukan Pewaris Nabi

Ulama Bukan Pewaris Nabi
Mohammad Nurfatoni
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jadi seharusnya, ‘generasi muda ahli waris bangsa’ karena generasi muda yang menerima warisan (dalam bahas hukum disebut ahli waris) dari pendahulunya, bukan sebaliknya. ‘Anak-anak adalah ahli waris pertiwi’ karena anak-anak tidak mewariskan, tetapi menerima warisan dari pendahulunya.

Dan ‘ulama sebagai ahli waris nabi’ karena bukan ulama yang memberikan warisan kepada nabi tapi ulama yang mendapat warisan (ilmu) dari nabi.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Nabi Pewaris Ulama

Frase kalimat ‘ulama sebagai pewaris nabi’ yang salah kaprah itu sebenarnya berasal dari terjemahan sebuah hadits yang di dalamnya ada kalimat:

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا

وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka (para nabi) hanya mewariskan ilmu. Maka barang siapa mengambil (warisan) tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Sunan No. 268) 

Kalimat إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ jika diterjemahkan secara bebas berarti, “Sesungguhnya ulama adalah orang-orang yang mewarisi (apa yang ditinggalkan oleh) para nabi.”

Kata وَرَثَةُ merupakan jamak dari الوارث (alwaaritsu, orang yang mewarisi), yaitu isim fail dari kata ورث (waritsa, mewarisi, menerima warisan dari ayah dan seterusnya).

Tetapi yang dimaksud di sini bukan warisan dalam bentuk harta benda—seperti disimbolkan oleh dinar dan dirham—melainkan peninggalkan para nabi berupa ilmu. Maka secara otomatis terjemahan ahli waris di sini bukan berarti seperti anak yang menjadi ahli waris biologis, yang berhak mendapatkan warisan harta, melainkan ahli waris ilmu.

Tapi mengapa frasa ‘ulama pewaris para nabi’ lebih populer daripada ‘ulama ahli waris para nabi’? Pertama, karena kita belum terbiasa untuk mengecek kata dengan KKBI. Kedua, masyarakat lebih suka kalimat yang familier meskipun tidak tepat daripada kalimat yang terkesan aneh padahal tepat.

Maka menurut Akhmad Idris, pilihannya hanya ada dua: bersukaria dengan salah kaprah atau mulai berani mencoba dengan keanehan yang benar? Saya memilih yang kedua: ‘ulama bukan pewaris para nabi’ sebab sebenarnya ‘para nabilah pewaris ulama’. (*)

Sumber: pwmu

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *