NEW NORMAL

NEW NORMAL
Smith Alhadar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Smith Alhadar, Penasihat Institute for Democracy Education (IDe)

Hajinews.id – Celaka kita. Sungguh kita celaka! Indonesia belum pernah mengalami kemerosotan pikiran dan akhlak seperti sekarang. Memang sejak Jokowi menjadi presiden, kita memasuki era baru atau New Normal. New Normal adalah cara berpikir baru, bertingkah laku baru, dengan standar nilai baru.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tapi New Normal bukan hasil dialektika pikiran-pikiran besar, melainkan peradaban para dukun, yang kelangsungan hidupnya bergantung pada efektivitas ilmu hitam yang digunakan. Anehnya, pendukung Jokowi menyambut era ini dengan rasa Syukur dan puji-pujian yang melimpah. Kegelapan pun menyelimuti bangsa dari Sabang sampai Merauke.

Infrastruktur sosial-budaya ini pada akhirnya memungkinkan anomali-anomali pikiran presiden, yang kini telah bertransformasi dari tukang mebel menjadi raja dukun, dirujuk sebagai kebenaran. Malah dipuja! Sabda Nabi, kearifan leluhur, filosof, dan cendekiawan menghilang dengan cepat.

Bukan cuma itu! Kecerdasan bangsa pun luruh. Berdasarkan laporan World Population Review thn 2022, di antara 11 anggota ASEAN, IQ orang Indonesia menduduki peringkat terbawah bersama Timor Leste. IQ digunakan untuk mengukur kecerdasan manusia, mencakup berbagai kemampuan mental seseorang.

New Normal diperlihatkan oleh fakta berikut. Menurut Kementerian PAN yang telah ditinjau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan, hampir separuh indikator kinerja pemerintak tak tercapai. Namun, tingkat kepuasaan publik terhadap kinerja pemerintah, menurut hasil survey Litbang Kompas, mencapai 74%. Saya heran kalo Anda tidak heran melihat realitas ini.

Fakta-fakta di atas menunjukkan pembodohan bangsa berlangsung secara massif. Artinya, New Normal bekerja efektif. Ini karena para akademisi pro-Jokowi merasionalisasikan nyaris semua kebijakan pmerintah. Lalu, diamplifikasi buzzer yang dibayar menggunakan uang rakyat. Alhasil, mantra-mantra (pencitraan) Jokowi untuk meneguhkan kekuasaannya — misalnya, dengan melempar sembako dari balik jendela mobil kepada kaum papa — dilihat sebagai akal budi baru dari presiden yang “pandai” dan “dermawan.”

Itu sebabnya, kendati gagal menyejahterakan rakyat, keinginan Jokowi mencengkeram kekuasaan selama mungkin atau melahirkan presiden baru yang akan melanjutkan kerusakan yang telah terjadi, diterima pendukungnya — bahkan para pemimpin parpol yang seharusnya pandai — sebagai kearifan baru “demi rakyat, bangsa, dan negara”. Amboi!

Pada 3 April lalu, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR untuk membahas evaluasi paruh waktu hasil Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa selama 12 thn ekonomi RI hanya tumbuh 4,71%. Bahkan, dalam 7 tahun terakhir hanya 4,01%.

Capaian itu tentu tidak cukup untuk keluar dari middle income trap. Sayaarat untuk lolos dari jebakan itu adalah pertumbuhan 6%. Hal tersebut ditanggapi anggota Komisi XI Gus Irawan Pasaribu yang mempertanyakan hasil pertumbuhan tersebut dengan fakta lonjakan utang RI yang sangat tinggi di era Jokowi. Dus, sebenarnya  selama pemerintahan Jokowi, yang terjadi adalah proses pemiskinan bangsa.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *