Hikmah Pagi: Jiwa Persaingan

banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. KH. Haris Muslim, Lc. (Sekretaris Umum PP PERSIS)

Di dalam diri kita sebenarnya sudah tertanam jiwa persaingan. Setiap kita secara naluriah, senantiasa ingin lebih unggul dari orang lain, merasa senang kalau dapat pujian, merasa “panas” ketika melihat orang lain sukses. Sejatinya itu yang memotivasi untuk mengejar target, meraih cita-cita.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Tidak ada sukses tanpa persaingan. Seorang professional sukses adalah yang mampu bersaing dengan yang lain, demikian juga seorang pedagang, petani, dan profesi apapun.

Ketika disebut kata “Persaingan” biasanya konotasi kita tertuju pada hal yang bersifat duniawi. Tidak ada yang salah dengan itu, dan tidak dilarang. Sayangnya dalam menjalankan agama, jiwa persaingan ini sering dikesampingkan. Kita tidak merasa “panas” ketika melihat orang lain lebih rajin dan giat dalam menjalankan syariat Allah. Padahal sebagaimana ia menjadi kunci sukses dalam urusan duniawi, ia juga merupakan kunci sukses dalam urusan ukhrawi.

Karenanya dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang memicu dan memacu jiwa persaingan kita dalam beribadah, seperti _”Fastabiq al-Khairat”_, _”Wa saari’û ila maghfiratin min rabbikum”_, _”wa fi dzalika falyatanafasil mutanafisûn”_ dan sebagainya yang intinya mengajak kita untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan.

Para sahabat memberikan contoh kepada kita tentang jiwa persaingan dalam ibadah ini. Adalah Abu Bakar As-Shiddiq merupakan sahabat yang senantiasa paling awal dalam melaksanakan kebaikan apapun. Ternyata hal tersebut membuat Umar bin Khattab iri dan ingin melebihi Abu Bakar. suatu ketika Rasulullah mengumumkan keperluan dana untuk perjuangan kaum muslimin dan memerintahkan untuk bershodaqah, Umar yang saat itu hadir langsung menginfakkan setengah dari hartanya, dan Abu Bakar belum hadir, sehingga Umar merasa beliau mendahului Abu Bakar, sehingga ia merasa bergembira seraya berkata “Jika ada satu hari aku bisa mengalahkan Abu Bakar, maka hari ini lah” tapi tidak lama setelah itu Abu Bakar datang dan menginfakkan seluruh hartanya, sampai Rasul SAW bertanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu ?” Abu Bakar menjawab : “Allah dan RasulNya” saat itu Umar tertegun dan berucap, “Abu Bakar memang tidak bisa dikalahkan” (H.r. Tirmidzi : no. 3675).

Pada kesempatan lain, orang-orang miskin Madinah mendatangi Rasulullah SAW dan mengajukan komplain, “Wahai Rasulullah, pahala dan kedudukan yang tinggi disisi Allah telah habis oleh orang-orang kaya” Rasul bertanya : “Memangnya kenapa?” mereka menjawab : “Orang-orang kaya shalat seperti kami shalat, mereka shaum seperti kami shaum, akan tetapi mereka bersedekah sedangkan kami tidak, mereka memerdekakan hamba sahaya sedangkan kami tidak” Kemudian Rasul bersabda, “maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengannya kalian akan menyamai mereka, dan mendahului orang setelah kalian, dan tidak ada yang lebih unggul dari kalian kecuali yang mengamalkan seperti apa yang kalian amalkan ?” mereka menjawab, “tentu wahai Rasulullah” Rasul bersabda, “Ucapkanlah tasbih, takbir dan tahmid setiap selesai shalat kalian sebanyak tiga puluh tiga kali” (H.r. Muslim : no 143 [595]).

Point dari dua kisah sahabat tersebut adalah bagaimana mereka memberikan contoh kepada kita tentang jiwa persaingan dalam beribadah. Merasa ingin ketika ada orang lain yang mempunyai nilai lebih dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Bulan Ramadhan adalah bulan persaingan, bahkan imam Hasan Al-Bashri sebagaimana dikutip Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin (1/236) mengatakan : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menjadikan bulan Ramadhan sebagai pacuan untuk hambaNya, mereka berlomba untuk taat kepadaNya, sehingga ada sebagian yang lari terdepan, mereka orang yang mendapat kemenangan, ada juga yang tertinggal di belakang, mereka adalah orang yang rugi. Sungguh aneh sekali ketika ada orang-orang yang tertawa padahal mereka tidak mendapatkan apa-apa”.

Memasuki hari-hari akhir Ramadhan biasanya semangat kita mengendur, karenanya Rasulullah SAW ketika memasuki sepuluh hari terakhir, kembali mengencangkan sarungnya dan membangkitkan semangat keluarganya.

Semoga menjelang “finish” Ramadhan ini, semangat kita lebih terpacu untuk meraih ridha dan maghfirahNya.

_Wassalam,_H.

 

 

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *