Jalan Tengah (22)

Riya
Hamdan Juhannis
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Hamdan Juhannis

Hajinews.idRiya, salah satu penyakit hati yang patut diwaspadai; sikap suka dipuji,  menikmati pujian, mengharapkan penghargaan atau pengakuan dari kebaikannya. Riya adalah musuh keikhlasan. Sikap riya ini bisa menggorogoti siapa saja. Garis pembatasnya dengan ikhlas sangat tipis. Saking tipisnya, orang ikhlas sering dianggap riya, dan orang yang riya sering berkedok ikhlas.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Saya membahas penyakit hati yang berbahaya ini, karena dipicu oleh kultum Dekan Fakultas Sains dan Teknologi kampus kami, Prof. Muh. Khalifah,  yang membahas tentang keikhlasan. Meskipun cerita yang disampaikannya sudah sering kita dengar, tapi ada baiknya kita ulangi lagi sebagai penyegaran.

Seorang santri yang membawa ubi kayu ke rumah kyainya karena baru saja datang dari kampung. Ubinya hasil dari kebun kecil yang dimiliki orang tuanya. Setelah dia masuk ke bagian dapur rumah kyainya, dia pamit. Nyai bertanya kepada kyai, apa yang diberikan santrinya itu atas kebaikannya membawakan ubi segar dari kampung. Kyai mengatakan tidak banyak yang dimiliki tapi ada satu ekor kambing  di belakang rumah, berikan saja ke santri itu.

Saat pulang sambil menarik tali kambing pemberian kyai, santri itu bertemu dengan santri lain di jalan.  Santri satunya bertanya dari mana dapat kambing. Santri itu menjelaskan kronologinya secara lengkap. Dan santri satunya menarik kesimpulan kalau bawa ubi saja ke kyai bisa dikasih kambing, bagaimana kalau bawa kambing, pasti dikasihnya sapi.

Dari hasil penalaran santri satunya, dia juga pulang kampung menyampaikan ke orangtuanya untuk meminta kambingnya yang bisa disedekahkan ke kyainya. Singkat cerita, setelah kambing itu diserahkan ke Kyai, Kyainya menanyakan kepada ibu Nyai, apa yang bisa diberikan ke santri itu atas kebaikannya memberikan kambing. Nyai mengatakan yang ada di rumah hanya ubi pemberian santri tadi. Jadi santri yang membawa kambing itu dapatnya hanya ubi kayu, bukan sapi seperti yang ada dalam skenario pikirannya.

Para pembaca, cerita inspiratif di atas menunjukkan bahwa pemberian santri yang pertama didasari oleh ketulusan hati. Dia membawa ubi bukan karena harga ubi itu atau karena motif lain, tapi murni dorongan batin untuk menghargai Kyainya. Namun ganjaran materialnya jauh lebih tinggi dibanding pemberian kepada Kyainya. Disitulah kekuatan keikhlasan, efeknya tidak tersentuh oleh  hitungan matematis.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *