Kisah Seorang Pendeta Yahudi Yang Masuk Islam Setelah Mencekik leher Nabi Muhammad SAW

Seorang Pendeta Yahudi Yang Masuk Islam
makam Nabi Muhammad SAW
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Sampailah Umar dan Zaid di Baitul Maal. Sahabat bergelar al-Faruq itu lantas menyiapkan dua karung. Masing-masing akan diisi 20 sha kurma.

Karung pertama yang tuntas diisi lantas diberikannya kepada Yahudi itu. Sementara Umar sedang mengisi karung kedua, sang pencekik Nabi tadi mencegahnya.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Umar. Tahanlah. Jangan kau masukkan kurma ke karung itu,” katanya.

Umar tidak peduli, “Aku hanya melaksanakan perintah Nabi SAW. Aku tidak ingin mendengarmu.”

“Umar, apakah kau tidak mengenal saya?”

“Saya tidak peduli!” jawab Umar dengan ketus.

“Saya adalah Zaid bin Sanah.”

Mendengarnya, Umar seketika terkejut, kemudian berdiri menghadapnya. “Apakah benar kamu Zaid bin Sanah? Zaid yang pendeta Yahudi, ahli Taurat?” tanya Umar tak percaya.

“Benar. Akulah Zaid bin Sanah,” jawab si Yahudi dengan tenang.

“Bukankah kau tahu bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” tanya Umar lagi.

“Benar. Aku mengetahuinya. Tapi, coba engkau pikir, wahai Umar. Bagaimana mungkin aku nekad mencekik dirinya di depan kalian, umat Islam yang mengimaninya sebagai nabi? Bahkan aku melakukannya seorang diri dan di dalam masjid kalian. Apa engkau pikir aku sudah gila?” ujar Zaid.

“Mengapa kau melakukannya?” tanya Umar.

“Sungguh, sebelum tadi aku datang ke masjid kalian, aku telah mendapati tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Hampir seluruh tanda-tanda itu ada padanya. Hanya saja, masih ada satu tanda yang belum tampak jelas bagiku. Yakni, bahwa kasih sayangnya mengalahkan rasa amarahnya,” jelas Zaid.

“Maka dari itu, aku nekad melakukan hal tadi. Aku tahu, utang Muhammad belum jatuh tempo. Aku sengaja memancing emosi Muhammad dan kalian, para sahabatnya. Aku sudah bertekad mempertaruhkan nyawaku hanya untuk membuktikan kebenaran, adakah tanda kenabian yang terakhir itu pada diri Muhammad.”

“Dan kini aku percaya. Ternyata benar kasih sayang beliau mengalahkan marahnya. Maka saksikanlah, wahai Umar, asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah,” ucap Zaid bin Sanah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *