Sang Pencari `Lailatul Qadar`

Sang Pencari `Lailatul Qadar`
Lailatul Qadar
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Hidup sebatang kara selama sepuluh tahun terakhir, tak lantas membuat Kasim (57), tunawisma di salah satu sudut Kota Gorontalo, merasa kesepian dan putus asa menjalani hidup.

Bermodal sepeda tua, sebuntal pakaian serta pasir penggosok, ia berpindah-pindah tempat seantero kota, demi sekedar mencari tempat singgah untuk istirahat, menghilangkan kepenatannya seusai bekerja.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Dari rumah ke rumah, Kasim menawarkan jasanya untuk membersihkan wajan atau alat dapur lainnya dengan upah seribu hingga lima ribu rupiah.

Tak jarang ibu rumah tangga, hatinya tersentuh dan memberi upah yang lebih besar. Kasim memang tak pernah menetapkan upah yang harus dibayar, setelah wajan-wajan mereka bersih dari kerak arang berkat “khasiat” pasir gosoknya.

Sisa-sisa arang yang `menyelinap` di kuku jarinya, cukup untuk menjadi bukti bahwa pria paruh baya tersebut ikhlas menjalani pekerjaan yang unik itu.

Kasim memang pantang menjadi seorang peminta-minta dari rumah ke rumah.

“Allah tidak pernah buta, Dia selalu memberi pertolongan sehingga saya bisa bertahan hidup seperti saat ini,” ujarnya, ketika ditemui di pinggiran kota Gorontalo.

Kepergian istri dan anak kehadirat Allah SWT sepuluh tahun silam, membuatnya tersadar bahwa ia harus segera membenahi hidupnya. Sebelumnya Kasim dihabiskan hari-harinya dengan mencuri dan berjudi.

“Mungkin anak dan istri saya sengaja diambil Tuhan, sebagai peringatan untuk segera bertobat dan meninggalkan dua perbuatan haram itu,” katanya.

Saat itulah titik balik kehidupan Kasim berubah. Ia kembali ke jalan-Nya dan berniat membersihkan dosa-dosa hingga hidup selesai dijalaninya.

Perasaan menyesal dan bersalah, membuatnya semakin “melek” agama. Ia mengawali dengan belajar mengaji pada seorang ustad, dan kemudian berkelana dari masjid ke masjid.

Bulan Ramadan seperti saat ini, merupakan saat yang paling ditunggu-tunggu. Ia selalu menyambutnya dengan suka cita.

“Aku ingin mendapatkan malam seribu bulan. Aku ingin mengejar pengampunan di bulan Ramadan ,” ujarnya.

Ia selalu teringat kata-kata guru mengajinya, yang mengutip hadist yang dirawikan Bukhori dan Muslim, “Barang siapa mengerjakan ibadah di malam Lailatul Qadar karena imannya kepada Allah dan karena mengharapkan keridhaan-Nya, niscaya diampunilah dosanya yang telah lalu.”

Sepuluh Malam Terakhir

Kitab suci memang menyebutkan Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik baik dari seribu bulan. Umat Muslim percaya pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, doa-doa bakal dikabulkan dan segala takdir yang terjadi pada tahun itu ditentukan.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *