Kultum 83: Media Islam Harus Tabayyun dan Meluruskan Berita Miring

Media Islam Harus Tabayyun
Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Oleh: Dr. H. Rubadi Budi Supatma, Wakil Ketua Departemen Kelembagaan dan Hubungan Luar Negeri Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, PP IPHI.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Pembaca yang dirahmati Allah,

Hajinews.id – Dalam waktu kira-kira satu dekade terakhir ini, beberapa kelompok Umat Islam banyak diberitakan oleh berbagai sumber berita secara tidak proporsional. Berbagai berita itu bahkan kadang terasa menyudutkan Umat Islam. Seperti biasa, berita yang beredar akhirnya lebih berhasil memberikan ‘label’ atau embel-embel kepada Umat Islam dengan berbagai hal negatif.

Dewan Pers (DP) yang seharusnya berfungsi membina kehidupan pers yang sehat di Indonesia, terasa belum banyak berbuat untuk itu. Akibatnya, independensi Dewan Pers ini mulai diragukan oleh berbagai pihak. Padahal sebagai konsumen, kita memerlukan berita yang bebas informative dan bertanggung jawab.

Bagi umat Islam, tugas meluruskan berbagai berita yang kurang benar merupakan beban yang sangat berat. Salah satu sebab beratnya beban itu adalah karena kaum muda biasanya menganggap situs-situs Islam yang berupa berita dan dakwah bukan sebagai produk jurnalistik. Sebaliknya, kabar infotainment dari para artis di televisi maupun media swasta justru dianggap sebagai produk jurnalistik.

Seorang Doktor dalam bidang Ilmu Komunikasi dari Universitas Hasanuddin Makassar, yang juga seorang tokoh pers Indonesia, Sinansari Ecip dalam sebuah pertemuan di kantor Kemenkominfo, dengan tegas mengatakan bahwa produk-produk dari situs Islam adalah karya jurnalistik. Untuk itu, dia memandang bahwa Media Islam seharusnya berfungsi sebagai penyeimbang. Hal itu penting terutama jika suatu berita sudah menyangkut kepentingan umat Islam bersama.

Apa yang disampaikan Sinansari tersebut, merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hal ‘tabayyun’. Hal ini sejalan dengan perintah Allah sebagaimana firman-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ

بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ

فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu (QS. Al-Hujurat, ayat 6).

Jadi, ketika media umum tidak memberitakan secara seimbang, maka media Islamlah yang seharusnya meluruskan. Media Islam tentu mempunyai misinya sendiri untuk membela kepentingan umat Islam. Karena itu media Islam harus berpihak kepada kebenaran yang bermutu, tidak ngawur, yang dalam istilah pers “tidak mencampurkan antara fakta dan opini”.

Dalam edisi sehari-hari, media nasional seringkali mengklaim sebagai media Independen. Tetapi dalam kenyataan, untuk kasus-kasus tertentu pemberitaannya sering terasa kurang proporsional. Dalam banyak hal bahkan justru ada kesan menyudutkan umat Islam.

Sebagai contoh, selama ini Umat Islam seolah dipaksa mempercayai informasi yang beredar seputar kejamanya (ISIS) Islamic State Iraq and Suriah, kejamnya Taliban, dan lain-lain. Padahal dalam kenyataan, bulan Agustus 2021 lalu, justru ISIS sudah dihancurkan oleh Taliban. Dari sini, berita yang beredar bahwa ISIS adalah organisasi buatan Amerika justru menjadi terbukti. Itulah sebabnya, keberadaan media-media Islam perlu memberikan informasi sebagai penyeimbang hadirnya media mainstream tersebut.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *