Ustadz Khalid Basalamah: Ternyata Lafadz Niat Usholli dan Nawaitu Bukan Langsung Dari Rasulullah SAW, Asal Usul Bacaan ini Dari….

Lafadz Niat Usholli dan Nawaitu Bukan Langsung Dari Rasulullah
Ustadz Khalid Basalamah
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Hajinews.id – Saat hendak memulai sesuatu, terutama untuk beribadah, biasanya banyak dari kita yang mengucapkan kata Usholi dan Nawaitu. Kata ini mengacu pada membaca tentang niat untuk melakukan sesuatu.

Mengenai lafadz nawaitu dan usholli ini Ustadz Khalid Basalamah memiliki pendapat tersendiri. Ia menyebut bahwa tidak pernah ada satu pun hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi nawaitu maupun usholli.

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

“Sudah pernah saya jelaskan teman-teman sekalian, kalau kita kembali kepada hadist nabi SAW, maka belum pernah ada pengucapan lafadz, tidak pernah ada satu pun hadist Nabi SAW yang berbunyi nawaitu shauma ghadin, usholli fardhal shalati dhuhur, nawaitul wudhu, ini nggak pernah ada lafadz hadistnya,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.

“Darimana ini? Ini dari teman-teman kita yang menisbatkan dirinya pada madzab Syafi’I di Mesir, tepatnya di Al Azhar. Mereka mengatakan niat itu harus, supaya orang itu tidak lupa dan jelas dia ucapkan dengan lisannya. Lalu disusunlah niat-niat itu,” tambah Ustadz Khalid Basalamah.

Lafadz Niat Usholli dan Nawaitu Bukan Hal Wajib

Menurut Ustadz Khalid Basalamah orang-orang yang berada di Al Azhar tersebut sebenarnya menyebutkan bahwa bacaan niat ini adalah pelengkap, bukan niat asas. Sementara niat asas dilakukan di dalam hati.

“Niat asas dalam hati. Kalau ada seseorang mengucapkan dengan lisannya nawaitu shauma ghadin, usholli fardha sholati dhuhur, tapi hatinya nggak niat shalat, nggak diterima. Tapi kalau ada orang hatinya memang niat mau shalat dhuhur dan dia lupa ucapkan usholli fardha sholati dhulu diterima sholatnya, karena asas niat adalah hati,” jelas Ustadz Khalid Basalamah.

Ustadz Khalid Basalamah juga kembali menegaskan bahwa niat yang diucapkan dalam lisan hanyalah pelengkap, bukan asas atau hal yang wajib dilakukan.

“Pada saat kita berdiri di shaf belakang jadi makmum, ada imam kita di belakang, bukankah sudah niat jadi makmum? Bukankah imam kita ketika dia maju ke tempat imam sudah niat jadi imam di dalam hati? Itulah niat shalat, dia tidak perlu mengatakan makmuman, imaman, sudah jelas jadi makmum dia,” jelas Ustadz Khalid dalam laman YouTube Kajian Ar-Rahman.

Ustadz Khalid juga mengatakan menurut jumhur ulama niat tidak perlu dengan lafadz karena belum pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Satu-satunya niat yang pernah dilakukan secara lafadz oleh Rasulullah SAW menurut keterangan Ustadz Khalid adalah niat haji dan umrohnya.

“Satu-satunya yang disebutkan dan didengarkan oleh para sahabat itu adalah waktu Nabi SAW menyebutkan niat haji dan umrohnya. Itu pun ada sebagian ulama yang mengatakan itu bukan niatnya itu termasuk dalam talbiyahnya,” ungkap Ustadz Khalid Basalamah.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *