Petugas Partai, Anies, dan All The President’s Men

Petugas Partai
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 
banner 678x960

banner 678x960

Daftar Donatur Palestina



Jika memang benar terjadi dispersi koalisi besar, maka pihak pertama yang paling mungkin adalah Partai Gerindra.

Jika memang benar Prabowo akan maju sebagai Capres Gerindra, bagaimana format calon pemimpin negeri ini dalam kontestasi 2024?

Bacaan Lainnya
banner 678x960

banner 400x400

Ada Ganjar, ada Prabowo, ada Anies.

Siapakah yang akan mendampingi mereka?

Perkembangan yang ada sampai dengan hari ini sudah menunjukkan tanda-tanda dispersi itu.

Pertama, migrasinya Sandiaga Uno dari Gerindra ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dapat dibaca berkorelasi dengan peluang Sandi untuk mendampingi Ganjar.

Bukankah fatsun utama PDI perjuangan tentang kombinasi pimpinan nasional adalah kombinasi  antara elemen Nasionalis –Ganjar, PDI perjuangan, dan Agama- Sandiaga, PPP.

Masa tunggu Sandiaga yang telah disignalkan dua minggu yang lalu, mungkin menunggu konfirmasi PDI Perjuangan, kini terjawab.

Ia telah hengkang dari Gerindra, dan kini menunggu diresmikan dengan Ganjar. Disamping itu mengambil Sandi juga akan meringankan belanja kampanye PDI Perjuangan, disamping mendapat mitra dari partai yang tak terlalu kuat, sekelas PPP.

Kedua, mungkinkah Prabowo akan lanjut dengan cak Imin dari PKB?

Dari apa yang telah dan sedang terjadi, faktor Erik Thohir adalah sesuatu yang tak bisa dianggap remeh.

Ia adalah pengusaha sukses yang sangat kaya, bahkan sebelum ia bergabung menjadi “orang” Jokowi.

Erik yang punya uang banyak akan bertemu dengan Partai PAN yang butuh “uang banyak” pula.

Erik yang selama ini telah merapat ke NU, terutama dengan jembatan kaum muda, GP Ansor, dan  Banser NU akan membuat posisi pasangan Prabowo -Erik dakan dekat dengan jemaah Nahdiyin di Tanah Air.

Di samping itu bukan tidak mungkin cost yang akan dikeluarkan oleh Gerindra akan jauh lebih murah dengan PAN, jika dibandingkan dengan PKB.

Selebihnya, presiden Jokowi juga akan sangat senang, karena bukankah selama ini Erik itu dikenal sebagai “aisyahnya” Presiden Jokowi.

Bagaimana dengan nasib Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto?

Bukankah ia telah mendapat amanat Munas untuk hanya menjadi Calon Presiden, bukan calon wakil presiden?

Jika format di atas benar terjadi, maka Airlangga juga bukan tak mungkin akan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar.

Persoalan kalah menang bagi pasangan ini tidak penting, karena siapapun yang akan masuk dalam putaran kedua, jika itu terjadi, posisi mereka bisa sangat menentukan.

Bagaimana dengan Anies?

Tidak banyak penjelasan yang dapat diberikan tentang Anies, kecuali jika memang skenario seluruh pasangan di atas, yang tersedia baginya hanya Khofifah dan AHY.

Gertak sambal Firli untuk meng-KPK-kan Khofifah sepertinya sudah tumpul.

Konfliknya dengan Kapolri dan ancaman Brigjen Endar tentang sejumlah kelakuan aneh Firli akan membuatnya tidak lagi menjadi variabel.

Persepsi publik yang selama ini melihat Firli berpenampilan “buruk” dalam memimpin KPK, kalaupun akan dilanjutkan dengan meng-KPK-kan Khofifah, akan membuatnya sempurna mendapat stempel “jahat” dari publik.

banner 800x800

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *